- Kategori: Berita
- Dibuat pada Sabtu, 20 Desember 2014 09:17
- Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 1343
Metrotvnews.com, Jakarta: Dengan target pertumbuhan ekonomi tujuh persen yang ditetapkan untuk 2016, pemerintah perlu menerapkan kebijakan pandai.
Pandangan ini diutarakan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, saat dihubungi Media Indoensia, Sabtu (20/12/2014).
"Kita perlu mampu mengeluarkan, mencanangkan, mendesain, dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang betul-betul mendukung ke arah memajukan yakni kebijakan yang smart, cerdik, pandai, bukan kebijakan publik yang bisa memberdayakan kita," ujar Suryo.
Dia melihat kondisi sekarang ini banyak kebijakan yang membuat pelaku usaha tidak berdaya, terpuruk, mundur, bahkan jalan di tempat.
Seperti kebijakan ekspor, bea keluar, yang dikeluarkan pada saat harga komoditas terpuruk yang menurunkan ekspor dna tidka menambah devisa. Iklim usaha yang tidak kondusif ini dalam pandangan Suryo karena kebijakan antarkementerian atau lembaga masih tidak terintegrasi.
"Justru mereka memikirkan pendaptan dari pajak, pajak inilah, itulah, padahal itu juga bisa buat kondisi enggak kondusif," tambah Suryo.
Dia pun menekankan pembenahan internal seharusnya yang menjadi fokus untuk mendapatkan pertumbuhan internal. Kualitas Sumber Daya Manusia juga menjadi hal yang perlu diperhatikan menurutnya untuk menjawab semua tantangan. Namun SDM Indonesia belum siap untuk itu jadi tidak ada salahnya untuk mengirim tenaga-tenaga ahli dari manapun ke Indonesia.
Kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia bagi Suryo dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan lebih banyak. Selagi dibutuhkan, impor tenaga kerja asing tidak menjadi masalah.
"Kan bisa batasi waktunya suatu saat kita enggak butuh kita putusin izin kerjanya, enggak diperpanjang," lanjut Suryo.
Contoh gamblangnya seperti di bidang kesehatan, dokter-dokter asing dilarang praktik di Indonesia tapi orang Indonesia dibiarkan untuk berobat ke Singapura atau Thailand.
Pola pikir masyarakat pun jadi seakan-akan lebih baik menghabiskan uang berobat di luar negeri daripada dokter-dokter tersebut berpraktik di sini sehingga devisa negara bertambah. Sebaiknya Indonesia tidak berpikiran dan memiliki nasionalisme sempit karena akan terus kehilangan banyak peluang seperti dikemukakan Suryo.
AHL
Pandangan ini diutarakan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, saat dihubungi Media Indoensia, Sabtu (20/12/2014).
"Kita perlu mampu mengeluarkan, mencanangkan, mendesain, dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang betul-betul mendukung ke arah memajukan yakni kebijakan yang smart, cerdik, pandai, bukan kebijakan publik yang bisa memberdayakan kita," ujar Suryo.
Dia melihat kondisi sekarang ini banyak kebijakan yang membuat pelaku usaha tidak berdaya, terpuruk, mundur, bahkan jalan di tempat.
Seperti kebijakan ekspor, bea keluar, yang dikeluarkan pada saat harga komoditas terpuruk yang menurunkan ekspor dna tidka menambah devisa. Iklim usaha yang tidak kondusif ini dalam pandangan Suryo karena kebijakan antarkementerian atau lembaga masih tidak terintegrasi.
"Justru mereka memikirkan pendaptan dari pajak, pajak inilah, itulah, padahal itu juga bisa buat kondisi enggak kondusif," tambah Suryo.
Dia pun menekankan pembenahan internal seharusnya yang menjadi fokus untuk mendapatkan pertumbuhan internal. Kualitas Sumber Daya Manusia juga menjadi hal yang perlu diperhatikan menurutnya untuk menjawab semua tantangan. Namun SDM Indonesia belum siap untuk itu jadi tidak ada salahnya untuk mengirim tenaga-tenaga ahli dari manapun ke Indonesia.
Kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia bagi Suryo dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan lebih banyak. Selagi dibutuhkan, impor tenaga kerja asing tidak menjadi masalah.
"Kan bisa batasi waktunya suatu saat kita enggak butuh kita putusin izin kerjanya, enggak diperpanjang," lanjut Suryo.
Contoh gamblangnya seperti di bidang kesehatan, dokter-dokter asing dilarang praktik di Indonesia tapi orang Indonesia dibiarkan untuk berobat ke Singapura atau Thailand.
Pola pikir masyarakat pun jadi seakan-akan lebih baik menghabiskan uang berobat di luar negeri daripada dokter-dokter tersebut berpraktik di sini sehingga devisa negara bertambah. Sebaiknya Indonesia tidak berpikiran dan memiliki nasionalisme sempit karena akan terus kehilangan banyak peluang seperti dikemukakan Suryo.
AHL
Narasumber : metrotvnews.com