Harga nikel terperosok

Kategori: Berita
Dibuat pada Selasa, 23 September 2014 09:02
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
Ditulis oleh Administrator
Dilihat: 2655

JAKARTA. Harga Nikel terjun ke level terendah dalam lima bulan terakhir  karena  spekulasi  menurunnya permintaan dari China sebagai konsumen nikel terbesar. Spekulasi ini muncul setelah beberapa pengembang properti di Negeri Panda tersebut gagal bayar utang.

Sementara  Menteri Keuangan China, Lou Jiwei mengatakan, pertumbuhan ekonomi China mengalami tekanan sehingga tidak akan dilakukan perubahan kebijakan utama untuk menanggapi indikator ekonomi individual.

Richard Fu, Direktur Perdagangan Komoditas Asia Newegsge Group SA di London mengatakan pada Bloomberg, indikasi tidak adanya stimulus lagi yang dilakukan pemerintah China dan laporan gagal bayar pengembang properti dan perdagangan rumah  telah menghancurkan pasar logam.

Mengutip Bloomberg, senin (22/9) pada pukul 09.45 AM waktu London, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 3,2 % dari hari sebelumnya menjadi US$ 17.202 per  metric ton.  Ini merupakan harga terendah sejak 10 April 2014.

Ibrahim, analis komoditas dan Direktur Equilibirium Komoditas Berjangka mengatakan faktor utama pemicu tekanan pada nikel adalah indeks dollar yang terus mengalami penguatan karena The Fed menaikkan pyoyeksi kenaikan suku bunga menjadi 1,375% hingga akhir tahun 2015. Kenaikan ini memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga akan lebih cepat dari target awal membuat otot dollar semakin perkasa dan menciutkan harga komoditas.

Senada, Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan pelemahan harga nikel terjadi lantaran ekonomi China masih dibayangi tekanan.  Ia bilang, pertumbuhan ekonomi Cina akan melemah membuat permintaan nikel juga akan ikut mengalami penurunan.

Ibrahim mengatakan harga nikel sempta naik sebelumnya hanya karena masalah geopolitik yang terjadai di Ukraina. “Setelah masalah itu berakhir tak ada lain yang bisa memicu kenaikan nikel ini,” ujarnya.

Secara teknikal, moving average dan Bollinger band berada 50% di atas Bollinger bawah. Stochastik berada pada level 70% di area negatif  mengindikasikan kemungkinan besar harga akan turun. Relative Strength Indeks (RSI) berada pada 60% area negative dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) 55% di area negative. Semua indicator menunjukka kecenderungan pelemahan.

Ibrahim memprediksi harga nikel akan bergulir di lever US$17.175- US$ 17.240 per metric ton, sedangkan untuk sepekan bergerak pada support US$17.100 dan resistance US$ 17.270.  Adapun Wahyu menduga nikel akan berada pada level US$ 16.900 –US$ 17.300 dan sepekan bergerak pada range US$ 16.500- US$ 17.400

Editor: Barratut Taqiyyah


Narasumber : kontan.co.id