- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 11 September 2025
- Dilihat: 56
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali melemah di tengah kabar sedih dari Rusia. Laporan yang diterbitkan oleh Center for Research on Energy and Clean Air (CREA), lembaga riset independen berbasis di Finlandia, dan Global Energy Monitor (GEM), perusahaan analitik energi berbasis di AS menyebut bahwa China menambahkan 21 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batubara baru dalam enam bulan pertama 2025. Sumber :
Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak September pada perdagangan kemarin, Kamis (28/8/2025) ditutup di US$ 109,55 per ton atau melemah 0,1%.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga batu bara yang melemah dua hari beruntun dengan pelemahan mencapai 1,1%.
Harga batu bara terus melemah di tengah kabar negatif dari Rusia.
Perusahaan tambang raksasa asal Rusia Mechel (MTLR.MM) pada Kamis melaporkan kerugian yang semakin dalam dan mengatakan telah menangguhkan produksi di salah satu tambangnya, sebuah tanda krisis serius yang melanda industri batubara Rusia.
Seperti diketahui, sektor batu bara Rusia berada di ujung krisis terdalam sejak dekade 1990-an. Presiden Rusia, Vladimir Putin, pun mengeluarkan sejumlah kebijakan luar biasa untuk menolong produsen batu bara.
Mechel, menjadi produsen pertama yang mendapat bantuan pemerintah dalam upaya penyelamatan industri yang tengah terhimpit sanksi global dan jatuhnya permintaan ekspor akibat perang berkepanjangan di Ukraina.
Sektor batu bara Rusia tengah menghadapi berbagai masalah, termasuk harga batu bara yang rendah, sanksi internasional, serta penguatan rubel yang membuat ekspor menjadi kurang kompetitif. Pejabat menyebut sekitar 30 perusahaan, dengan total produksi sekitar 30 juta ton per tahun, terancam bangkrut.
Pemerintah pada Mei lalu telah menyetujui sejumlah langkah dukungan, termasuk penundaan pembayaran pajak.
Data badan statistik Rosstat mencatat kerugian bersih gabungan perusahaan batu bara melonjak menjadi RUB185,2 miliar (rubel) (US$2,29 miliar) pada paruh pertama tahun ini, dari hanya RUB7,1 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Mechel mengatakan telah menangguhkan sementara operasi di satu tambang serta di beberapa bagian tambang terbuka. Mechel juga memangkas secara signifikan produksi jenis batubara yang tidak menguntungkan sebagai bagian dari rencana efisiensi produksi dan investasi.
Mechel menambahkan bahwa ekonomi industri batubara berada di bawah tekanan berat akibat penurunan harga konsentrat kokas, meningkatnya biaya operasional, penguatan rubel, dan hambatan terkait sanksi.
Produksi batubara Mechel pada paruh pertama 2025 turun 28% menjadi 3,66 juta ton, sementara penjualan konsentrat kokas merosot 15% menjadi 1,7 juta ton, dan penjualan batubara termal turun 21% menjadi 1,37 juta ton.
Dengan tingkat suku bunga yang tinggi, kondisi perusahaan semakin sulit diperparah oleh beban utang bersih sebesar RUB 252,7 miliar. Pada Mei, perusahaan memperoleh penundaan selama tiga tahun untuk pembayaran tunggakan pajak, biaya, dan premi asuransi sebesar RUB13,8 miliar.
Mechel mencatat kerugian semesteran sebesar RUB40,5 miliar, naik dari RUB16,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu, dan mengatakan masih terus bernegosiasi dengan kreditur terkait penundaan tambahan pembayaran pokok utangnya.
China Terus Bakar Batu Bara
China membakar lebih banyak batu bara di pembangkit listrik antara Januari hingga Juli 2025 dibandingkan periode mana pun sejak 2016, meski memiliki kapasitas energi terbarukan yang masif, menurut laporan riset lingkungan terbaru.
Itu merupakan tingkat penambahan enam bulan tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Laporan CREA/GEM juga menyoroti adanya pembangunan baru serta pengaktifan kembali pembangkit lama dengan total kapasitas 46 GW, serta proyek yang diusulkan dengan kapasitas tambahan hingga 75 GW.
Secara total, output pembangkit listrik batu bara diperkirakan akan mencapai antara 80-100 GW pada 2025.
Batu bara saat ini menyumbang sekitar 50% dari produksi energi China, turun dari 75% pada 2016.
Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China juga merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Ironisnya, lonjakan penggunaan batu bara ini terjadi di saat China secara masif memperluas kapasitas energi terbarukannya, yang kini mampu menutup pertumbuhan permintaan listrik. Misalnya, kapasitas tenaga surya melonjak 212 GW hanya dalam enam bulan pertama 2025.
Tahun ini saja, negara tersebut diperkirakan akan memasang energi terbarukan baru yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik gabungan Jerman dan Inggris.
Sebagai perbandingan, Jerman menambahkan sekitar 20 GW energi terbarukan pada 2024, sehingga totalnya mencapai 190 GW. China sendiri akan menambahkan 500 GW tenaga surya dan angin baru hanya dalam 2025.
Menurut situs iklim dan energi berbasis Inggris Carbon Brief, kebijakan Beijing ini menyebabkan emisi enam bulanan turun 1% yoy, Namun, ketergantungan China yang semakin besar pada batu bara berisiko menggagalkan target pengurangan emisi gas rumah kaca.
"Meski kapasitas dan bauran pembangkit listrik tengah berubah cepat, pembangunan pembangkit batubara di China tidak menunjukkan tanda-tanda melambat," tulis CREA.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
(mae/mae)
Tagscnbcindonesia.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 11 September 2025
- Dilihat: 60
Harga minyak Brent diperdagangkan di bawah US$66 per barel setelah turun 2,2% pada Jumat lalu, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US$62. Kenaikan produksi pada Oktober akan menjadi awal dari pengembalian pemangkasan produksi yang sebelumnya dijadwalkan bertahan hingga akhir 2026. Sebagian besar pedagang dan analis yang disurvei Bloomberg News pekan lalu memperkirakan OPEC+ akan mempertahankan produksi tetap stabil.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya akan menambah produksi 137.000 barel per hari bulan depan, jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan dalam dua bulan terakhir.
Meski begitu, risiko kelebihan pasokan masih membayangi pasar. Awal bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan surplus minyak bisa mencapai rekor tertinggi tahun depan. Goldman Sachs bahkan memperkirakan harga Brent bisa turun ke kisaran awal US$50 per barel. Sepanjang tahun ini, harga minyak global sudah melemah, ditambah beban dari tarif perdagangan AS yang menekan prospek permintaan energi.
Pasar juga masih menunggu apakah peningkatan kuota produksi akan benar-benar berujung pada kenaikan ekspor OPEC+. Beberapa negara anggota mendapat tekanan untuk mengompensasi kelebihan pasokan sebelumnya dan menahan kenaikan produksi, sementara produsen lain terkendala kapasitas cadangan yang terbatas.
OPEC+ menegaskan bahwa pengembalian sisa pemangkasan sebesar 1,66 juta barel akan bergantung pada “kondisi pasar yang terus berkembang,” bahkan berpotensi dibatalkan jika situasi berubah. Kenaikan produksi Oktober ini menyusul kembalinya pasokan minyak yang lebih cepat dari perkiraan dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, harga minyak relatif masih bertahan stabil.
Harga:
- Minyak Brent untuk pengiriman November naik 0,3% menjadi US$65,72 per barel pada pukul 06.13 waktu Singapura.
- Minyak WTI untuk pengiriman Oktober naik 0,3% menjadi US$62,05 per barel.
(bbn)
TAG
Sumber : bloombergtechnoz.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 17 Juli 2025
- Dilihat: 163
Penulis : Indah Handayani
JAKARTA, investor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup jatuh parah pada Selasa (24/6/2025). Itu karena meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Selasa (24/6/2025), kontrak berjangka CPO untuk Juli 2025 ambles 124 Ringgit Malaysia menjadi 3.963 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Agustus 2025 anjlok 137 Ringgit Malaysia menjadi 3.982 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO September 2025 jatuh 143 Ringgit Malaysia di 3.983 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Oktober 2025 turun 145 Ringgit Malaysia di 3.980 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO November 2025 terpuruk 144 Ringgit Malaysia menjadi 3.984 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Desember terkoreksi 145 Ringgit Malaysia menjadi 3.996 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Bernama, tekanan datang dari pelemahan harga minyak mentah dan minyak kedelai, serta meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Trader CPO David Ng menjelaskan, penurunan harga terutama dipicu oleh sentimen eksternal yang negatif dan berkurangnya kekhawatiran pasar atas konflik di Timur Tengah.
“Harga CPO merosot di bawah level 4.000 Ringgit Malaysia per ton seiring redanya ketegangan geopolitik yang menekan sentimen pasar. Kami melihat level support di 3.900 Ringgit Malaysia dan resistance di sekitar 4.150 Ringgit Malaysia ,” ujarnya kepada Bernama.
Level Terendah
Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics Sathia Varga menambahkan, harga CPO, khususnya untuk pengiriman September yang paling aktif diperdagangkan, jatuh ke level terendah dalam tujuh hari terakhir.
“Penurunan ini dipengaruhi tekanan eksternal, seperti pelemahan harga minyak mentah dunia, penguatan ringgit, dan koreksi harga minyak nabati lainnya,” jelas Sathia.
Harga CPO kerap bergerak seiring dengan pergerakan minyak mentah dan minyak kedelai, karena keduanya merupakan komoditas substitusi dalam industri bioenergi dan pangan.
Sumber : investor.id
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 17 Juli 2025
- Dilihat: 150
mae, CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih membara di tengah proyeksi bertambahnya permintaan.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (18/6/2025) ditutup di US$ 111,95 per ton. Harganya naik 0,4%. Kenaikan ini memperpanjang rally ""pasir hitam" menjadi enam hari dengan kenaikan 5,4%.
Harga ini juga menjadi yang tertinggi sejak 10 Maret 2025 atau tiga bulan lebih.
Harga batu bara naik karena ditopang kenaikan permintaan serta berkurangnya pasokan.
Antusiasme produksi sebagian besar tambang batu bara di China telah menurun sehingga pasokan batubara kokas sedikit mengetat.
Futures batu bara kokas China juga mengalami pemulihan langka bulan ini, dengan kenaikan terbaru didorong oleh penghentian sementara produksi di pusat pertambangan Shanxi seiring regulator melakukan penilaian lingkungan. Upaya "bersih-bersih" China dalam perbaikan tambang akan mengurangi pasokan dalam jangka pendek.
Inspeksi di wilayah Linfen, provinsi tersebut, semakin intensif, dan tambang-tambang yang memasok sekitar 10,5 juta ton per tahun diberi pemberitahuan lisan pada Senin untuk menghentikan operasi mereka.
Beberapa penambang melaporkan bahwa penghentian ini dijadwalkan berlangsung sementara selama 10 hari.
Langkah ini telah membantu mendorong harga batu bara kokas yang merupakan bahan bakar pembuat baja di bursa Dalian menjadi CNY 791,5 (sekitar $110) per ton, naik 9% sejauh bulan ini.
Futures sebelumnya mencapai titik terendah dalam sembilan tahun di CNY 709 pada awal Juni, kurang dari setengah nilainya dibandingkan setahun lalu.
Inspeksi, baik untuk alasan keselamatan maupun lingkungan, merupakan ciri khas industri pertambangan China yang sering membatasi pasokan dan mendongkrak harga.
Namun, jeda kali ini diperkirakan hanya sebentar. Para penambang telah bekerja keras dalam beberapa tahun terakhir, dan negara ini kini menumpuk kelebihan batubara, sementara pelanggan di industri baja kemungkinan akan mengurangi konsumsi akibat pemangkasan produksi yang diwajibkan pemerintah.
"Pasokan yang cukup, level persediaan yang tinggi, dan permintaan yang lemah seharusnya terus menekan harga batubara kokas dalam waktu dekat," tulis analis Morgan Stanley termasuk Rachel Zhang, dikutip dari Shanghai Metal Market.
Kendati banyak yang optimis permintaan dari China naik karena kebijakan pembangkitnya.
MenurutReuters,China menyetujui 11 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara baru pada kuartal pertama 2025, melebihi 10 GW yang disetujui pada paruh pertama tahun lalu.
Tahun lalu, persetujuan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru di China turun 41,5% secara tahunan menjadi 62,24 GW, penurunan tahunan pertama sejak 2021. Data terbaru menunjukkan persetujuan tahun ini mengikuti tren yang lebih tinggi. Meskipun tidak semua proyek yang disetujui akan dibangun, semakin panjangnya daftar proyek mengisyaratkan ketergantungan yang terus berlanjut pada batu bara.
Dari Eropa, Jerman diperkirakan akan menambah kapasitas energi dari pembangkit listrik batu bara.Akibat tingkat angin yang "rendah" pada kuartal pertama 2025, pembangkitan listrik dari energi terbarukan di Jerman turun 17% untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Sebaliknya, pembangkitan dari sumber bahan bakar fosil meningkat secara signifikan.
Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan pada energi terbarukan, tenaga angin tetap menjadi sumber pembangkitan listrik terbesar, dengan pangsa hampir 28%. Angka ini hanya sedikit di atas batu bara yang berada di 27%.
Listrik dari gas menyumbang hampir 21% sementara pembangkitan listrik dari tenaga surya meningkat "lebih dari sepertiga", mencapai pangsa 9,2% dari total bauran listrik, jelas media itu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
(mae/mae)
Sumber : cnbcindonesia.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 17 Juli 2025
- Dilihat: 2289

JAKARTA. PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI meneken perjanjian pembiayaan dana talangan sebesar Rp 1,162 triliun dengan PT Hutama Karya (Persero) untuk proyek jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar.
Direktur Utama PT SMI Emma Sri Martini mengatakan, fasilitas pinjaman dana talangan ini akan mendukung perwujudan percepatan pembangunan sarana infrastruktur di Indonesia. "Kami senantiasa berupaya untuk mencoba memberikan solusi yang inovatif bagi percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia," katanya di Jakarta, Rabu (20/7).
Pembiayaan dana talangan tersebut akan dipergunakan untuk penyelesaian pembangunan proyek jalan tol sepanjang 8,9 kilometer dari STA 0+000 sampai dengan STA 8+900 dengan nilai proyek sebesar Rp 1,66 triliun. Ruas jalan tol ini merupakan bagian dari jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140,9 kilometer dengan total nilai proyek sebesar Rp 16,795 triliun.
Ruas jalan tol yang dibiayai ini merupakan pintu masuk jalan tol Trans Sumatera dari pelabuhan Bakauheni, Lampung menuju Kecamatan Bakauheni yang diharapkan mulai beroperasi awal 2017.
Jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar memiliki peran yang signifikan bagi perkembangan perekonomian masyarakat sekitar, terutama untuk menunjang arus mobilisasi barang dan jasa, peningkatan pariwisata dan industri perdagangan di wilayah Lampung.
Secara keseluruhan, SMI mengharapkan kerja sama dengan Hutama Karya membawa dampak positif bukan hanya bagi percepatan pembangunan, tetapi juga memicu pertumbuhan dan ketahanan ekonomi di luar wilayah Jawa. (Satyagraha)
Editor Dupla KS
Narasumber : Kontan.co.id