- Kategori: Berita
- Dibuat pada Kamis, 11 September 2025 12:14
- Diperbarui pada Kamis, 11 September 2025 12:32
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 60
Harga minyak Brent diperdagangkan di bawah US$66 per barel setelah turun 2,2% pada Jumat lalu, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US$62. Kenaikan produksi pada Oktober akan menjadi awal dari pengembalian pemangkasan produksi yang sebelumnya dijadwalkan bertahan hingga akhir 2026. Sebagian besar pedagang dan analis yang disurvei Bloomberg News pekan lalu memperkirakan OPEC+ akan mempertahankan produksi tetap stabil.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya akan menambah produksi 137.000 barel per hari bulan depan, jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan dalam dua bulan terakhir.
Meski begitu, risiko kelebihan pasokan masih membayangi pasar. Awal bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan surplus minyak bisa mencapai rekor tertinggi tahun depan. Goldman Sachs bahkan memperkirakan harga Brent bisa turun ke kisaran awal US$50 per barel. Sepanjang tahun ini, harga minyak global sudah melemah, ditambah beban dari tarif perdagangan AS yang menekan prospek permintaan energi.
Pasar juga masih menunggu apakah peningkatan kuota produksi akan benar-benar berujung pada kenaikan ekspor OPEC+. Beberapa negara anggota mendapat tekanan untuk mengompensasi kelebihan pasokan sebelumnya dan menahan kenaikan produksi, sementara produsen lain terkendala kapasitas cadangan yang terbatas.
OPEC+ menegaskan bahwa pengembalian sisa pemangkasan sebesar 1,66 juta barel akan bergantung pada “kondisi pasar yang terus berkembang,” bahkan berpotensi dibatalkan jika situasi berubah. Kenaikan produksi Oktober ini menyusul kembalinya pasokan minyak yang lebih cepat dari perkiraan dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, harga minyak relatif masih bertahan stabil.
Harga:
- Minyak Brent untuk pengiriman November naik 0,3% menjadi US$65,72 per barel pada pukul 06.13 waktu Singapura.
- Minyak WTI untuk pengiriman Oktober naik 0,3% menjadi US$62,05 per barel.
(bbn)
TAG
Sumber : bloombergtechnoz.com