- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3912
JAKARTA. Beleid tentang ekspor timah terus digodog. Targetnya tahun ini kebijakan tersebut sudah selesai dan dapat diimplementasikan. Dalam kebijakan yang baru nanti, akan diatur mengenai tata niaga ekspor timah dalam bentuk batangan dan non batangan.
Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, timah bahan baku yang berbentuk ingot, bentuk batangan akan tetap mengikuti ketentuan yang sekarang ada dan harus diperdagangkan lewat bursa.
Sementara itu, untuk timah non batangan akan diatur dalam dua hal. Pertama, terdapat spek minimum yang mengikuti internasional. Kedua, harus disertai kemasan dan laberling yang sesuai dengan standar dan ketentuan kemasan.
Pengaturan ekspor timah tersebut adalah sebagai upaya agar tidak terjadi pelarian HS karena pemerintah melihat bahwa yang harusnya masuk timah batangan disebutkan sebagai timah bentuk lain sehingga terjadi lonjakan yang tidak wajar. "Akhirnya kita perketat untuk timah non batangan," kata Bayu, Selasa (24/6).
Kebijakan tata niaga ekspor timah tersebut diharapkan dapat mencegah eksploitasi berlebihan, dan menjadikan Indonesia sebagai referensi timah dunia.
Bayu menambahkan, Bursa yang dapat digunakan sebagai transaksi jual beli timah tidak akan mendiskriminasikan. Selain Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), penjualan timah dapat dilakukan lewat Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
Dengan kebijakan baru tersebut, diharapkan ekspor timah akan lebih tertata dengan baik. "Kita tidak membatasi, kita hanya mengatur bahwa kebijakan kita untuk hilirisasi untuk membuat yang diperdagangkan adalah barang yang legal bisa diutamakan," ujar Bayu.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3756
Jakarta – Sepanjang kuartal pertama tahun ini, PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan penjualan logam timah menjadi 4.344 Mton dari 5.820 Mton periode serupa tahun 2013. Disebutkan, penurunan sering dengan harga jual rata-rata timah yang turun dari US$23.302 per mton kuartal pertama 2013 menjadi US$23.910 per mton. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Disebutkan, dengan penurunan penjualan tersebut. Maka laba bersih perseroan tertekan sekitar 10,02% menjadi Rp96,477 miliar dari Rp102,779 miliar. Sementara pendapatan mencapai menjadi Rp1,322 triliun dari Rp1,528 triliun. Pada periode tersebut, harga pokok pendapatan (HPP) sekitar 19,12% dari Rp1,232 triliun menjadi Rp996,743 miliar. Produksi bijih timah mencapai 6.214 ton dari 4.312 ton. Produksi logam hingga Maret 2014 mencapai 5.148 Mton.
Perseroan mencatat total aset sebesar Rp7,413 triliun. Dengan jumlah kewajiban sebesar Rp2,486 triliun. Asal tahu saja, perseroan mengeluarkan biaya eksplorasi timah bulan Mei 2014 sebesar Rp26.476.848.611 untuk operasional dan Rp58.388.272.796 untuk investasi.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho pernah bilang, eksplorasi laut dilakukan di perairan Kundur dan Bangka serta di darat berlokasi di Bangka dan Belitung. Hasil yang didapat dari eksplorasi Mei 2014 adalah pada eksplorasi laut mendapatkan penemuan sumber daya 2.318 ton untuk inferred, 2.108 ton indicated dan 5.279 ton measured
Narasumber : neraca.co.id