- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3028
YOGYAKARTA – Upaya UGM untuk mendorong pengembangan pendidikan dan teknologi makin terus dilakukan dengan cara menggandeng berbagai pihak untuk menjalin kerjasama. Kali ini, UGM menandatangani kontrak kerjasama dengan Komatsu Indonesia melalui Yayasan Komatsu Indonesia Peduli (YKIP) pada Rabu (14/5) lalu di Ruang Direktorat Kerjasama dan Alumni UGM.
Dalam kerjasama ini, YKIP yang bergerak dalam bidang pengembangan masyarakat, pendidikan, dan bantuan kemanusiaan memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Pskologi. Selain itu, Komatsu juga memberikan bantuan donasi berupa engine Komatsu PC 200-8 kepada Jurusan Teknik Mesin dan Industri UGM.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati,M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM ini, menyambut gembira kerjasama ini. Dwikorita mengungkapakan, UGM siap menjalin kerjsasama lebih lanjut dengan Komatsu. Hal ini, menurut Dwikora, UGM didukung oleh keberadaan 18 fakultas dan sekolah vokasi dan pascasarjana. “Kami memiliki 18 fakultas, sekolah vokasi dan Sekolah Pascasarjana sehingga kami siap menjalin kerjasama dengan industri,†paparnya.
Dia menerangkan, saat ini UGM tengah mengembangkan berbagai produk penelitian yang membutuhkan kerjasama dengan pihak industri. “Kami berharap ada bentuk kerjasama selanjutnya,†katanya.
Direktur Komatsu Indonesia, Budiardjo Sosrosukarto, mengatakan penyerahan engine PC Komatsu 200-8 ini merupakan salah satu wujud kepedulian YKIP dalam mendorong pendidikan di Indonesia, terutama bidang manufakturing.
Lebih jauh Budiardjo mengungkapkan, kerjasama ini menjadi pintu terbukanya untuk saling bekerjasama yang saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak
Nara Sumber : UGM
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3631
Volume penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) merek Komatsu bulan Mei 2014 turun 10 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Pangsa pasar Komatsu juga turun menjadi 40 persen dari 42 persen pada akhir kuartal pertama 2014.
Dari laporan riset yang kami pelajari penurunan penjualan terbesar berasal dari sektor tambang batubara karena pelemahan harga batubara , sementara pertumbuhan penjualan hanya berasal dari sektor agribisnis.
Segmen bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Pamapersada Nusantara (Pama), masih relatif lebih stabil dimana produksi batubara meningkat 3,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 10,1 juta ton.
Tetapi strip ratio dari kontrak yang dikerjakan Pama bulan Mei 2014 ini turun ke level 6,52 x dibandingkan bulan sebelumnya yang masih berada pada level 6,77 x.
Masih lemahnya harga batu bara menjadi dorongan bagi produsen batubara untuk menurunkan strip ratio agar biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Hal ini akan berdampak pada penurunan kinerja Pama.
Sentimen positif untuk UNTR saat ini hanya pelemahan rupiah. “Setiap rupiah terdepresiasi 1 persen akan meningkatkan laba operasi dan laba bersih masing-masing 2 persen dan 3 persen†ungkap hasil analisis di laporan tersebut.
Berdasarkan data Bareksa.com, selama satu tahun terakhir harga saham UNTR memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan IHSG.
UNTR memberikan return 32,18 persen sementara IHSG hanya memberikan return 5,98 persen .
Nara Sumber : Bareksa.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3128
JAKARTA - PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatat penjualan Komatsu selama semester I/2014 sebanyak 2.207 unit, turun sekitar 10% dari periode yang sama tahun lalu 2.452 unit.
Seperti dikutip dari laporan penjualan Komatsu yang disusun oleh Investor Relations UNTR Ari Setiyawan, penjualan Komatsu selama Juni 2014 tercatat 306 unit. Ini menjadikan penjualan terendah sejak Januari 2014.
Dari total penjualan 2.207 unit, sebanyak 36% berasal dari sektor pertambangan, disusul 28% dari konstruksi, 22% dari perkebunan, dan 14% dari kehutanan.
Kondisi ini mencerminkan pergeseran dari semester I/2013, di mana penjualan dari sektor tambang mendominasi hingga 48%, baru kemudian dari konstruksi 23%, perkebunan 21%, dan kehutanan 8%.
“Market share kami selama enam bulan pertama 2014 adalah 40%,†tulis laporan tersebut seperti dikutip, Senin (21/7/2014).
Sementara itu, kinerja overburden yang dilakukan oleh anak usaha United Tractors, yaitu PT Pamapersada Nusantara juga mengalami penurunan, yaitu turun 3,44% dari 415,6 juta bcm menjadi 401,3 juta bcm.
Namun, produksi batu bara yang dikerjakan Pama berhasil meningkat 19,56% dari 50,1 juta ton pada semester I/2013 menjadi 59,9 juta ton pada semester I/2014.
UNTR juga mencatat kenaikan penjualan batu bara hasil produksi sejumlah anak usahanya, yaitu naik 50,68% dari 2,27 juta ton menjadi 3,43 juta ton.
Nara Sumber : Bisnis.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2861
JAKARTA. Pertumbuhan kendaraan angkat (lift truck) yang bisa mencapai 10-15% meyakinkan PT Trakindo Utama untuk menghadirkan produk baru. Produk baru DP70NM ditargetkan bisa mencapai 200 unit pada tahun pertama peluncurannya.
Produk baru yang dihadirkan oleh Trakindo cocok digunakan di daerah seperti pelabuhan, pabrik pembuatan bahan konstruksi, fasilitas pengolahan minyak dan gas bumi. Sebagai distributor resmi Catepilar, Trakindo menghadirkan Cat Lift Truck dengan kapasitas 6 ton dan 7 ton.
"Potensi kelas 6-7 ton sangat besar. Khususnya kelas 7 ton adalah kelas yang populer dunia truk lift. Kami menargetkan setahun pertama ini bisa mencapai penjualan 200 unit. Dengan pangsa pasar sekitar 15% di kelasnya," kata Ivanlie Aliffin, Construction Marketing Manager PT Trakindo Utama, Kamis (14/8).
Produk-produk ini akan banyak digunakan di pulau Jawa. Pasalnya, pabrik-pabrik banyak berada di pulau Jawa. Kemudian target lainnya adalah wilayah Sumatera dan juga Sulawesi.
Tahun ini, Trakindo menargetkan penjualannya bisa mencapai 700 unit untuk truk lift sepanjang tahun 2014. Sebelumnya, pernah disampaikan bahwa tahun ini Trakindo menargetkan produk-produknya bisa terjual 3.500 unit. Itu artinya truk lift menyumbang sekitar 20%. "Sampai dengan semester I-2014, truk lift sudah terjual sekitar 350 unit," jelas Ivanlie.
Dari total penjualan 350 unit tersebut, Invalie bilang yang berkontribusi besar adalah produk dari kelas 2,5 dan 3 ton atau yang tergolong ke kelas 3. "Kontribusi kelas 3 untuk penjualan truk lift Trakindo sekitar 70%," kata Ivanlie.
Ivanlie melihat peluang truk lift akan semakin berkembang dari tahun ke tahun. Pertumbuhannya berkisar 10-15%. Apalagi dengan adanya pemerintahan baru membuat pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Pertumbuhan truk lift bahkan bisa lebih dari itu.
"Bahkan pertumbuhan bisa sampai 20%. Jika ada pengembangan pelabuhan. Banyak investasi yang masuk, ada investasi baru untuk pabrik," tutup Ivanlie.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2987
JAKARTA. Lesunya pembiayaan alat berat pada separuh pertama tahun ini akan berlanjut ke semester kedua. Perlambatan pembiayaan alat berat disinyalir terjadi karena harga komoditas pertambangan terutama batubara yang mengalami penurunan. Selain itu, bisnis pembiayaan alat juga terguncang akibat adanya beleid pembatasan ekspor mineral mentah.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, pembiayaan alat berat kemungkinan menurun sekitar 15% tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. "Penurunan berdampak pada proyeksi pertumbuhan industri pembiayaan pada tahun ini," ujar Suwandi.
APPI memprediksi, pertumbuhan bisnis industri pembiayaan hanya mampu tumbuh sekitar 5%-10% hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan akan didominasi oleh pembiayaan otomotif. Suwandi bilang, penyaluran pembiayaan hanya tumbuh sekitar 5% sepanjang semester pertama.
Salah satu multifinance yang bergerak di pembiayaan alat berat, Buana Finance harus rela mencatat penurunan laba sepanjang semester pertama lalu. Laba Buana Finance turun 16,1% menjadi Rp 62,3 miliar. "Kami sadar bisnis alat berat masih penuh tantangan," kata Direktur Buana Finance Anthony Muljanto, beberapa waktu lalu.
Anthony mengatakan, bisnis pembiayaan alat berat yang menjadi bisnis inti mereka masih belum membaik. Hal ini tak lepas dari masih rendahnya harga beberapa komoditas pertambangan dan dampak dari beleid larangan ekspor mineral mentah.
Untuk semester kedua, Anthony memperkirakan pertumbuhan bisnis tidak akan besar. "Melihat situasi, kemungkinan akan mendatar," ujar Anthony.
Sedangkan Mandiri Tunas Finance (MTF) justru mengistirahatkan bisnis pembiayaan alat berat untuk sementara karena kondisi yang tidak memungkinkan. "Selama ini, sumbangan alat berat tertinggi cuma 1% dari total pembiayaan," kata Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama Mandiri Tunas Finance.
Namun, MTF tidak kapok dengan lini usaha pembiayaan alat berat ini. Menurut dia, Mandiri Tunas berhenti sejenak sembari menunggu momentum yang tepat untuk kembali menyalurkan pembiayaan alat berat.
Nah, MTF kini mencari pendanaan sebesar Rp 500 miliar untuk kebutuhan pembiayaan kendaraan yang menjadi bisnis inti selama ini. Anak usaha Bank Mandiri ini membidik pinjaman bilateral dari perbankan.