Tractor-Truck.Com

“Mengapa harus sulit, buang waktu dan biaya serta tenaga untuk mencari Spare Part Alat Berat dan Truk ?”
“Tractor-Truck.Com solusi tepat, cepat, hemat, praktis dan terpercaya mendapatkan Spare Part Alat Berat dan Truk”

 


Kami Tractor-Truck.Com mengucapkan terima kasih atas kunjungannya serta kepercayaan yang telah diberikan oleh Pelanggan yang sudah memanfaatkan fasilitas dan mendapatkan pelayanan dari team marketing kami atas kebutuhan Spare Part, Component & Unit yang berkaitan dengan Alat Berat, Genset & Truk. Bagi para Pengunjung dan Pelanggan Baru juga dapat memanfaatkannya fasilitas ini secara langsung dengan mengirimkan email (klik di sini) marketing@tractor-truck.com atau telpon & sms ke 081288639888 serta facsimile ke 021-85904666.

___________________________ Sudah terbukti serta dapat dipercaya dan diandalkan ___________________________
DAFTAR UNIT YANG DIJUAL



JAKARTA. Harga Nikel terjun ke level terendah dalam lima bulan terakhir  karena  spekulasi  menurunnya permintaan dari China sebagai konsumen nikel terbesar. Spekulasi ini muncul setelah beberapa pengembang properti di Negeri Panda tersebut gagal bayar utang.

Sementara  Menteri Keuangan China, Lou Jiwei mengatakan, pertumbuhan ekonomi China mengalami tekanan sehingga tidak akan dilakukan perubahan kebijakan utama untuk menanggapi indikator ekonomi individual.

Richard Fu, Direktur Perdagangan Komoditas Asia Newegsge Group SA di London mengatakan pada Bloomberg, indikasi tidak adanya stimulus lagi yang dilakukan pemerintah China dan laporan gagal bayar pengembang properti dan perdagangan rumah  telah menghancurkan pasar logam.

Mengutip Bloomberg, senin (22/9) pada pukul 09.45 AM waktu London, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 3,2 % dari hari sebelumnya menjadi US$ 17.202 per  metric ton.  Ini merupakan harga terendah sejak 10 April 2014.

Ibrahim, analis komoditas dan Direktur Equilibirium Komoditas Berjangka mengatakan faktor utama pemicu tekanan pada nikel adalah indeks dollar yang terus mengalami penguatan karena The Fed menaikkan pyoyeksi kenaikan suku bunga menjadi 1,375% hingga akhir tahun 2015. Kenaikan ini memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga akan lebih cepat dari target awal membuat otot dollar semakin perkasa dan menciutkan harga komoditas.

Senada, Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan pelemahan harga nikel terjadi lantaran ekonomi China masih dibayangi tekanan.  Ia bilang, pertumbuhan ekonomi Cina akan melemah membuat permintaan nikel juga akan ikut mengalami penurunan.

Ibrahim mengatakan harga nikel sempta naik sebelumnya hanya karena masalah geopolitik yang terjadai di Ukraina. “Setelah masalah itu berakhir tak ada lain yang bisa memicu kenaikan nikel ini,” ujarnya.

Secara teknikal, moving average dan Bollinger band berada 50% di atas Bollinger bawah. Stochastik berada pada level 70% di area negatif  mengindikasikan kemungkinan besar harga akan turun. Relative Strength Indeks (RSI) berada pada 60% area negative dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) 55% di area negative. Semua indicator menunjukka kecenderungan pelemahan.

Ibrahim memprediksi harga nikel akan bergulir di lever US$17.175- US$ 17.240 per metric ton, sedangkan untuk sepekan bergerak pada support US$17.100 dan resistance US$ 17.270.  Adapun Wahyu menduga nikel akan berada pada level US$ 16.900 –US$ 17.300 dan sepekan bergerak pada range US$ 16.500- US$ 17.400

Editor: Barratut Taqiyyah


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Harga timah di PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dipatok lebih tinggi dibandingkan harga di  London Metal Exchange (LME). Kondisi ini menimbulkan polemik pelaku pasar.

Mengutip situs BKDI, harga terendah timah jenis TINPB300 periode September dipajang  US$ 21.515 per metrik ton. Ini lebih mahal dibandingkan kontrak pengiriman timah tiga bulan di LME yang merupakan bursa acuan internasional, yakni US$ 21.250 per metrik ton. Jadi ada selisih yang cukup jauh, yakni mencapai US$ 265 per metrik ton.

Presiden Komisaris BKDI Fenny Widjaja mengatakan, sebagian besar eksportir timah Indonesia menghentikan penjualan karena harga jatuh. "Eksportir menahan stok sambil menunggu harga naik lagi hingga ke level US$ 23.000 per metrik ton," ujar Fenny, belum lama ini.

Aksi para eksportir ini mengakibatkan transaksi timah di BKDI lesu. Sepanjang periode 1 September sampai19 September 2014, total volume transaksi timah BKDI baru tercatat sebesar 29 lot atau sebesar 145 ton (1 lot = 5 ton) yang berasal dari jenis TINPB100.

Harga kesepakatan

Di tengah harga timah BKDI yang lebih tinggi dibanding LME, muncul keanehan. Situs International Research Institute menyebutkan, ada transaksi timah 1.150 ton atau 230 lot. Transaksi ini berlangsung antara 11-18 September 2014. Memantik dugaan, ada keboran ekspor timah lewat transaksi khusus atau bonafide trade. Timah diekspor  dan baru dicatatkan kemudian.

Namun, Head of Product Development BKDI, Stella Novita Lukman bilang, BKDI transparan. Semua transaksi timah tercatat di bursa,  tak ada transaksi yang baru dicatat beberapa hari kemudian.

Stella menjelaskan, timah sudah harus tersimpan di Gudang Bhanda Ghara Reksa sebelum transaksi,  baik melalui lelang maupun perdagangan skala besar berdasarkan volume minimum yang disyaratkan oleh bursa (bonafide).

Selain itu, PT ISI Clearing penjamin timah sudah harus menerima bukti simpan timah. "Seluruh transaksi baik lelang maupun bonafide pasti tercatat di bursa dan telah memenuhi seluruh ketentuan yang berlaku," terang Stella.

Sebelum diekspor, semua timah juga harus memiliki bukti pembelian timah di bursa. Bukti ini hanya dapat dikeluarkan apabila ada transaksi. Stella menilai, data International Research Institute tidak valid.

Terkait harga timah BKDI yang melampaui LME, menurut Stella murni karena harga terbentuk melalui transaksi atas kesepakatan penjual dengan pembeli.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menilai, bonafide trade seharusnya diberikan ke seluruh anggota bursa. Saat harga timah BKDI tinggi, importir tidak ada yang berminat. Jadi jika ada importir yang mendapatkan timah di bawah harga resmi, akan memunculkan kecurigaan ada transaksi di luar bursa. Maklum, importir yang tidak mendapatkan barang merasa dirugikan.

 

Editor: Sofyan Nur Hidayat


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Sektor batubara memang sudah tidak lagi berada dalam masa keemasannya. Namun, bukan berarti sektor ini tidak bepeluang membaik. Bagi emiten batubara dalam negeri, sektor ini masih memiliki momentum kuat untuk bangkit.

Analis KDB Daewoo Securities Indonesia Betrand Raynaldi dalam risetnya, Senin (22/9), menjelaskan, dia tidak merubah pandangannya terhadap industri batubara. Karena pada dasarnya industri batubara dan pertambangan batubara masih dalam proses penyesuasian dengan penurunan baik itu dari segi harga maupun permintaan.

Nah, soal permintaan inilah yang justru menjadi sentimen positif bagi industri batubara. "Salah satu perkembangan dari China cukup menggembirakan," imbuh Betrand.

China blum lama ini memutuskan untuk melarang impor batubara berkualitas rendah mulai 1 Januari 2015 mendatang. Batubara dengan kandungan kadar abu melebihi 40% dan sulfur 3% akan dilarang masuk ke negara tersebut.

Nah, Indonesia memang memiliki kandungan batubara dengan kategori kualitas rendah. Tapi, kadar batubara Indonesia masih memiliki kandungan abu dan sulfur di bawah angka toleransi yang diberlakukan China.

Setidaknya, kualitas batubara Indonesia masih lebih baik dibanding kualitas batubara Australia. Dengan pemberlakuan aturan tersebut, Australia dapat kehilangan permintaan 25 juta ton dari China. "Nah, permintaan 25 juta ton itu bisa digantikan dengan batubara dari Indonesia," pungkas Betrand.

Catatan saja, pandangan seperti ini, secara makro merupakan sentimen positif bagi emiten batubara. Lihat harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Meski sudah tidak lagi masuk dalam daftar saham premium, saham emiten Grup Bakrie tersebut terlihat lincah pada perdagangan akhir pekan lalu.

Namun kenaika tersebut tidak berlanjut hari ini. Meski sempat menyentuh day high Rp 201 per saham, namun saham BUMI saat ini kembali turun, sebesar dua poin ke level Rp 195 per saham pada pukul 10.40 WIB

Lain halnya dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang masih terlihat lincah di zona hijau. Harga saham ADRO saat ini menguat 20 poin ke level Rp 1.285 per saham. Sejumlah saham batubara lain juga mengalami penguatan.

Hal ini membuat indeks sektor batubara dan mining hari ini mampu bertahan di zona hijau ditengah penurunan IHSG. Indeks sektor batubara mengalami penguatan 5,75 poin ke atau sebesar 0,36% ke level 1.583,92.

Editor: Sanny Cicilia


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Harga timah di PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dipatok lebih tinggi dibanding London Metal Exchange (LME). Kondisi ini menimbulkan polemik di kalangan pelaku pasar.

Mengutip situs BKDI, harga terendah timah jenis TINPB300 periode September dibanderol US$ 21.515 per metrik ton. Harga ini lebih mahal dibanding kontrak pengiriman timah tiga bulan di LME yang merupakan bursa acuan internasional sebesar US$ 21.250 per metrik ton. Ada selisih cukup jauh, yakni mencapai US$ 265 per metrik ton. Saat ini, harga timah di bursa lokal maupun LME sedang turun dibanding awal tahun. Kondisi ini menimbulkan polemik di kalangan pelaku pasar. Sebab, importir menilai harga BKDI terlalu mahal. Sementara eksportir tidak ingin melepas di harga murah.

Presiden Komisaris BKDI, Fenny Widjaja mengatakan, eksportir timah Indonesia menghentikan penjualan timah karena harga LME sedang jatuh. “Eksportir menahan stok sampai menunggu harga naik lagi ke level US$ 23.000 per metrik ton,” ungkap Fenny.

Penahanan stok timah ini mengakibatkan lesunya transaksi timah di BKDI. Sepanjang periode 1-19 September 2014, total volume transaksi timah di BKDI baru mencatatkan 29 lot atau sebesar 145 ton (1 lot = 5 ton). Ini disumbang oleh transaksi timah jenis TINPB100. Sementara jenis timah lainnya seperti TINPB300, TINPB200, TINPB50 dan TIN4NINE tidak ikut menyumbang volume transaksi.

Namun keanehan muncul. Situs International Research Institute menyebutkan, ada transaksi timah sebesar 1.150 ton atau 230 lot. Transaksi tersebut berlangsung pada periode 11-18 September 2014.

Menanggapi hal ini, Head of Product Development BKDI, Stella Novita Lukman menjelaskan, pihaknya sangat transparan menjalankan transaksi timah. Menurutnya, semua transaksi timah selalu tercatat melalui bursa dan tidak ada transaksi yang di catat belakangan. Sebelum melalukan transaksi, baik melalui lelang maupun perdagangan skala besar berdasarkan volume minimum yang disyaratkan oleh bursa (bonafide), timah sudah harus tersimpan di Gudang Bhanda Ghara Reksa (BGR). Di sisi lain, PT ISI Clearing selaku penjamin timah sudah harus menerima bukti simpan timah, sehingga tidak mungkin tidak masuk ke gudang dan tidak mungkin dicatat belakangan.

“Seluruh transaksi baik lelang maupun bonafide pasti tercatatkan di bursa dan telah memenuhi seluruh ketentuan yang berlaku,” terang Stella.

BKDI menjamin transparansi transaksi timah. Stella bilang, sebelum di ekspor, semua timah harus memiliki bukti pembelian timah di bursa. Bukti tersebut hanya dapat dikeluarkan apabila ada transaksi. Jadi, Stella menilai data International Research Institute tersebut tidak valid.

Lebih jauh, terkait harga timah BKDI yang melampaui LME, Stella mengatakan harga terbentuk melalui transaksi yang terjadi. Harga terbentuk atas kesepakatan penjual dengan pembeli.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menilai, transaksi khusus atau bonafide trade ini seharusnya dapat diberikan oleh seluruh anggota bursa. Di saat harga timah BKDI sedang tinggi, importir tidak ada yang berminat. Namun, di sisi lain, ada importir yang mendapatkan barang (timah) di bawah harga BKDI. Hal ini memunculkan kecurigaan adanya transaksi di luar bursa. Importir yang tidak mendapatkan barang merasa dirugikan.

Editor: Barratut Taqiyyah


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

Jakarta – Belum pulihnya harga batu bara seiring anjloknya harga komoditas dunia, memberikan imbas yang berarti terhadap bisnis penjuaan alat berat. Kondisi inilah yang dirasakan PT United Tractors Tbk (UNTR) yang harus merevisi target penjualan tahun ini.

Wakil Presiden PT United Tractors Tbk (UNTR) Gidion Hasan menyatakan, melemahnya harga komoditas batu bara menghantam kinerja perseroan. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah target penjualan alat berat yang sebelumnya ditargetkan 4.200, menjadi 4.000 sampai akhir tahun 2014,”Sektor pertambangan biasa menyumbang pendapatan 60-70% sekarang 35%,”katanya di Jakarta, kemarin.

Lebih lanjut dia menambahkan, untuk total belanja modal tak mengalami perubahan yaitu sekitar US$ 300 juta. Yang disumbang dari PT Pamapersada Nusantara (Pama) sebesar US$ 250 juta yakni unit usaha bergerak di kontraktor pertambangan. Dana tersebut juga dihabiskan untuk peremajaan alat-alat berat.

Disebut, saat ini realisasi belanja modal sudah mencapai US$ 140 juta sampai Juli. Sekadar informasi, hingga Juli 2014 penjualan alat berat Komatsu UNTR tercatat sebanyak 2.508 unit. Jumlah ini turun 9% dibanding penjualan periode yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 2.770 unit


Narasumber : neraca.co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

 

Anda disini: Home Semua Berita