- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2638
JAKARTA. Saat permintaan alat berat tambang menyusut, pebisnis alat berat melirik pasar alat berat untuk infrastruktur, salah satunya ekskavator mini. Permintaan ekskavator mini diproyeksikan tumbuh seiring bergulirnya proyek infrastruktur.
Salah satu distributor alat berat yang terjun di segmen pasar ekskavator mini adalah PT Gaya Makmur Tractors (GM Tractors) dengan merek Taekeuchi asal Jepang. Perusahaan mengintip potensi pasar ekskavator mini dari proyek jalan, irigasi, perkebunan, penggalian dan penimbunan. "Secara tren, kami melihat ada potensi kenaikan permintaan ekskavator mini ini sebesar 20% tahun lalu," kata Fahrudin, Marketing Communication Manager GM Tractors kepada KONTAN, Jumat (17/10).
Kelebihan ekskavator mini ini adalah, bisa masuk ke lokasi yang sulit dimasuki alat berat. Selain punya potensi pasar besar, populasi ekskavator mini ini masih terbilang masih sedikit jika dibandingkan ekskavator medium berdaya angkut 20 ton. "Sehingga kenaikan permintaannya lebih tinggi,†jelas Fahrudin.
Sampai September, GM Tractors telah menjual 20 unit dari target 25 unit. Dengan prestasi penjualan itu, Fahrudin mengaku menguasai 10%-15% pangsa pasar ekskavator mini. Adapun pangsa pasar terbesar dikuasai merek Komatsu dan Kobelco.
Tak mau ketinggalan, PT Trakindo Utama selaku distributor alat berat CAT juga ikut nimbrung memasarkan ekskavator mini ini sejak Maret 2014 lalu. "Tahun ini kami target pangsa pasar 20%," kata Abdurrahaman, Forestry and Agriculture Marketing Manager Trakindo Utama Kepada KONTAN, Senin (20/10).
Abdurrahman bilang, tahun lalu pasar ekskavator mini diperkirakan 367 unit. Adapun tahun ini diproyeksikan tumbuh 9%-10% atau sekitar 400 unit. Di segmen ini, Trakindo menargetkan penjualan sebanyak 56 unit.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2526
Bisnis.com, JAKARTA - PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), distributor resmi kendaraan Mitsubishi dan Fuso, meluncurkan varian New Fuso FJ2523 (6x2) Super Long dan New Fuso FJ2528 (6x4) Super Mixer di Medan, Sumatra Utara.
Peluncuran New Fuso diresmikan oleh Presiden Direektur KTB Noboru Tsuji, didampingi oleh Presdir PT Sumatera Berlian Motor Tonny Chandra, Jumat (17/10/2014).
Dengan peluncuran ini, konsumen sudah dapat memesan New Fuso FJ2523 & New Fuso FJ2528 di seluruh diler resmi Mitsubishi di wilayah Medan.
Diler itu, yakni PT Sumatera Berlian Motor, Jl. Sisingamangaraja Km. 7 No. 34, Harjosari II Medan Amplas, 20147, dan PT Sardana Indah Berlian Motor, Jl. Jend. Gatot Subroto No.437, Medan.
“Selain keunggulan dimensi, varian terbaru Fuso ini juga unggul dalam kapasitas angkut, efisiensi pengiriman, tenaga, dan tangguh menaklukkan jalan. Dengan tambahan empat keunggulan ini, kami yakin varian terbaru ini dapat memperkuat bisnis pelanggan kami,†kata Noboru dalam siaran pers KTB, Sabtu (18/10/2014).
Sumatra merupakan pasar potensial bagi KTB, dimana area ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di sektor pembangunan dan perekonomiannya.
“Saya begitu senang dapat menyelenggarakan Grand Launching ini di Medan, karena permintaan kendaraan niaga di Medan dan Sumut terus meningkat dalam jangka panjang. Sumatea memang pasar yang sangat penting bagi kami,†ungkapnya.
Editor : Hery Lazuardi
Narasumber : bisnis.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3124
JAKARTA. Grup Astra terus melebarkan kerajaan bisnisnya. Setelah sukses berbisnis jalan tol dan properti, Astra merambah sektor konstruksi. Kali ini, Astra menancapkan gurita bisnisnya melalui PT United Tractors Tbk (UNTR). Anak usaha Grup Astra yang menjalankan bisnis alat berat dan pertambangan itu akan mencaplok PT Acset Indonusa Tbk (ACST).
Sekadar informasi, ACST menggarap konstruksi proyek-proyek besar di Jakarta. Sebut saja Pacific Place, Gandaria City, Kota Kasablanka dan Taman Anggrek Residences. UNTR dan dua pemegang saham ACST: PT Loka Cipta Kreasi dan PT Cross Plus Indonesia telah meneken memorandum of understanding (MoU) tentang jual beli saham. UNTR akan membeli 250,5 juta saham ACST milik Loka Cipta dan Cross Plus atau setara 50,1% total saham ACST. UNTR akan mengambil langsung atau melalui anak usaha yang ditunjuk.
"Kami sudah menyiapkan satu anak usaha yang nanti mengendalikan ACST," ujar Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, kepada KONTAN, Rabu (15/10).
Dus, UNTR akan menjadi pengendali baru ACST. Konsekuensinya, UNTR akan melakukan penawaran tender (tender offer). Saat ini kedua pihak masih bernegosiasi soal jumlah saham, harga jual saham, cara pengambilalihan, jadwal pelaksanaan dan penutupan transaksi. Seluruh pembelian saham itu menggunakan dana kas internal UNTR. UNTR atau anak usaha UNTR akan mengambilalih secara langsung saham ACST sesuai harga yang disepakati.
UNTR menargetkan transaksi rampung sebelum tutup tahun ini. "Paling tidak penentuan rentang harga dan penyelesaian transaksi bisa selesai di akhir tahun, baru nanti tender offer," ujar Sara.
Bila mengacu rata-rata harga tertinggi saham ACST dalam 25 hari terakhir, yakni Rp 3.490 per saham, nilai transaksi itu sekitar Rp 874,24 miliar. Saat ini UNTR memiliki tiga lini bisnis: berat, batubara dan kontraktor pertambangan. Dengan mengendalikan ACST, konstruksi menjadi lini bisnis keempat UNTR.
Sara bilang, bisnis konstruksi sudah menjadi incaran UNTR sejak lama. Ini bentuk diversifikasi bisnis untuk mendukung kegiatan usaha utama UNTR. UNTR juga tak ingin kehilangan momentum, mengingat Indonesia tengah getol menggarap infrastruktur. Sementara ACST semakin kuat karena dikendalikan Grup Astra. "Jika transaksi selesai tahun depan, laporan keuangan ACST langsung terkonsolidasikan ke UNTR," kata Sara. Manajemen ACST optimistis dengan transaksi ini.
"Dengan dimiliki grup besar, kami akan lebih mudah mendapatkan proyek," kata Agustinus Hambadi, Direktur Keuangan ACST. Inav Haria Chandra, analis Sucorinvest Central Gani, menilai, wajar jika UNTR ingin melakukan diversifikasi bisnis. Soalnya, sepanjang tahun ini bisnis batubara masih meredup.
Sektor batubara diprediksi belum pulih dalam waktu dekat. "Sementara konstruksi akan membaik pada tahun depan. Sehingga eksposur risiko dari batubara akan berkurang," jelas dia.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2689
CILEGON. Produsen baja nasional mengaku kewalahan menghadapi gempuran besi dan baja impor. Agar bisa bersaing, asosiasi baja yang tergabung dengan Indonesia Iron and Steel Industry Associations (IISIA) minta pemerintah menaikkan bea masuk impor besi dan baja.
Mengacu data IISIA, tahun 2013 lalu, kebutuhan besi dan baja dalam negeri mencapai 14,3 juta ton. Namun, dari total pasar itu, sebanyak 8,4 juta ton dikuasai produk impor. Produsen baja dalam negeri hanya mengecap sisanya sebesar 5,9 juta ton.
Irvan Kamal Hakim, Chairman IISIA bilang, kapasitas produksi baja Indonesia saat ini mencapai 6 juta -7 juta ton per tahun. Itu artinya, ada potensi kelebihan produksi besi dan baja yang tak terpakai. Jika impor baja terus membengkak, Irvan khawatir baja yang diproduksi di dalam negeri tak bisa mendapatkan pasar. "Dengan kenaikan bea masuk, kami berharap bisa melindungi industri besi dan baja dalam negeri," terang Irvan di Cilegon, Selasa (7/10).
Saat ini, bea masuk impor besi baja tercatat 5%, kecuali bea masuk impor baja dari China yang ditetapkan nol persen karena kerjasama perdagangan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Irvan berharap, Indonesia menyamakan bea masuk impor baja dengan bea masuk baja negara tetangga seperti Malaysia 25%. "Tingginya bea masuk baja Malaysia membuat industri hulu bajanya merasa dilindungi," kata Irvan.
Industri baja Malaysia memilikikapasitas produksi 3 juta ton, dan seluruh produksi terserap di pasar Malaysia. Irvan yang juga Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) ini menyebut, dengan bea masuk tinggi, industri baja dalam negeri bisa bangkit dan menambah kapasitas produksi. Jika tidak, kelebihan produksi baja dari negara lain terutama dari China akan mudah masuk ke Indonesia. Dalam hitungan Irvan, jika pertumbuhan ekonomi China turun 1%, konsumsi baja dalam negeri China turun 24 juta ton. Sisa baja inilah yang dikhawatirkan masuk ke Indonesia dan negara lainnya. "Kondisi ini juga menurunkan harga baja dunia," kata Irvan.
Tekanan rupiah
Selain terdesak produk baja impor, industri baja nasional terdesak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Irvan bilang, pelemahan rupiah membuat beban produksi industri baja membengkak. Jika dibiarkan berlarut, daya saing industri baja nasional bisa kalah bersaing dengan industri baja dari negara lain.
Dampak pelemahan rupiah ini dirasakan oleh produsen baja dari PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST). Agar tak merugi, perseroan telah menaikkan harga jual baja dari Rp 8.000 per kg, menjadi Rp 8.100 per kg.
"Kenaikan tidak bisa banyak. Kalau banyak permintaan akan drop," kata Hadi Sutjipto, Director and Corporate Secretary GDST. Hadi menjelaskan, jika GDST mempertahankan harga lama, maka perusahaan akan menanggung rugi. Jika perusahaan menaikkan harga baja terlalu tinggi, maka perusahaan akan kalah bersaing dengan produk impor.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 3552
Volume penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) merek Komatsu bulan Mei 2014 turun 10 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pangsa pasar Komatsu juga turun menjadi 40 persen dari 42 persen pada akhir kuartal pertama 2014.
Dari laporan riset yang kami pelajari penurunan penjualan terbesar berasal dari sektor tambang batubara karena pelemahan harga batubara , sementara pertumbuhan penjualan hanya berasal dari sektor agribisnis.Segmen bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Pamapersada Nusantara (Pama), masih relatif lebih stabil dimana produksi batubara meningkat 3,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 10,1 juta ton.
Tetapi strip ratio dari kontrak yang dikerjakan Pama bulan Mei 2014 ini turun ke level 6,52 x dibandingkan bulan sebelumnya yang masih berada pada level 6,77 x.Masih lemahnya harga batu bara menjadi dorongan bagi produsen batubara untuk menurunkan strip ratio agar biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Hal ini akan berdampak pada penurunan kinerja Pama.
Sentimen positif untuk UNTR saat ini hanya pelemahan rupiah. “Setiap rupiah terdepresiasi 1 persen akan meningkatkan laba operasi dan laba bersih masing-masing 2 persen dan 3 persen†ungkap hasil analisis di laporan tersebut.Berdasarkan data Bareksa.com, selama satu tahun terakhir harga saham UNTR memberikan return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan IHSG.
UNTR memberikan return 32,18 persen sementara IHSG hanya memberikan return 5,98 persen .
Nara Sumber : Bareksa.com