Tractor-Truck.Com

“Mengapa harus sulit, buang waktu dan biaya serta tenaga untuk mencari Spare Part Alat Berat dan Truk ?”
“Tractor-Truck.Com solusi tepat, cepat, hemat, praktis dan terpercaya mendapatkan Spare Part Alat Berat dan Truk”

 


Kami Tractor-Truck.Com mengucapkan terima kasih atas kunjungannya serta kepercayaan yang telah diberikan oleh Pelanggan yang sudah memanfaatkan fasilitas dan mendapatkan pelayanan dari team marketing kami atas kebutuhan Spare Part, Component & Unit yang berkaitan dengan Alat Berat, Genset & Truk. Bagi para Pengunjung dan Pelanggan Baru juga dapat memanfaatkannya fasilitas ini secara langsung dengan mengirimkan email (klik di sini) marketing@tractor-truck.com atau telpon & sms ke 081288639888 serta facsimile ke 021-85904666.

___________________________ Sudah terbukti serta dapat dipercaya dan diandalkan ___________________________
DAFTAR UNIT YANG DIJUAL



JAKARTA. Nilai penyerapan anggaran belanja modal (capex) PT Darma Henwa Tbk (DEWA) tahun ini sangat minim. Hal ini terjadi lantaran pasar komoditas, terutama batubara yang masih belum pulih.

"Dari sekitar US$ 32-US$ 33 juta yang kami anggarkan, saat ini yang terealisasi hanya 20%," ujar Wachjudi Martono, Presiden Direktur DEWA, Jumaat (28/11).

Pasalnya, lanjut dia, ada penangguhan pembelian alat menyusul banyaknya permintaan penurunan produksi. Sehingga pengerjaaan pemindahan lapisan penutup tanah (overburden) dan produksi batubara berkurang.

Namun, Wahjudi bilang, sisa dari anggaran capex yang tidak terserap tahun ini akan dilimpahkan ke tahun depan. Tahun 2015, perseroan menganggarkan belanja modal sekitar US$ 40 juta hingga US$ 41 juta.  Mayoritas dana akan digunakan untuk pembelian dan sewa alat.

Perseroan menargetkan, total volume produksi batubara yang dikerjakan tahun mencapai  18,74 juta ton. Angka ini meningkat dari estimasi produksi tahun ini yang sebesar 11,13 juta ton.

Adapun, hingga September 2014, total produksi batubara yang sudah terealisasi sebanyak 8,8 juta ton. Selanjutnya, proyeksi volume overburden removal tahun 2015 mendatang sekitar 119,34 juta bank cubic meters (bcm).

Angka ini meningkat dari estimasi akhir 2014 yang sebesar 62,48 juta bcm. Adanya kenaikan volume produksi tersebut membuat perusahaan kontraktor batubara ini berani memasang target optimis untuk tahun depan. Pendapatan diharapkan bisa menyentuh US$ 360,83 juta dan laba bersih sebesar US$ 5,14 juta.

Editor: Sanny Cicilia


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Harga nikel jatuh dari puncak tertinggi selama enam bulan. Batalnya aksi mogok pekerja tambang di Kolombia, dan stok yang melimpah memicu harga logam industri ini turun gunung.

Mengutip Bloomberg, Selasa (25/11), hingga pukul 10.42 waktu Hong Kong, nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 16.583 per metrik ton. Padahal, hari sebelumnya, nikel bertengger di US$ 16.650 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak 9 Oktober 2014.

Pelaku pasar bereaksi setelah BHP Billiton Ltd menyatakan, pekerja di tambang Cerro Matoso membatalkan rencana mogok kerja. Serikat pekerja dan perusahaan sedang bernegosiasi terkait kesepakatan jam kerja.

Seperti diketahui, Cerro merupakan tambang fero nikel terbesar kedua di dunia. Makanya, isu pemogokan pekerja ini sempat melambungkan harga nikel dalam beberapa hari terakhir. Harga nikel kian tertekan, sebab stok di LME per 24 Oktober 2014 mencapai rekor tertinggi, 397.236 metrik ton.

“Stok di London kembali memecahkan rekor, penambahan stok terutama dari Asia. Secara umum, pasar kelebihan stok," ungkap Mark Keenan, Kepala Riset Komoditas untuk Asia di Societe Generale SA, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (25/11).

Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim, menilai, pelaku pasar kembali fokus pada faktor fundamental, setelah isu mogok tidak terjadi. "Stok masih tinggi, meskipun Indonesia menegaskan larangan ekspor mineral mentah. Sebab, Filipina dan Rusia justru sedang melakukan ekspor besar-besaran," ungkapnya.

Di sisi lain, permintaan masih lesu, terutama dari China dan Eropa. Penurunan permintaan nikel diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan. Bahkan, ada sinyal permintaan dari Amerika Serikat bakal turun pada tahun depan. Ini menyusul ekspektasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS di kuartal III yang direvisi turun menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,5%.

Secara teknikal, kata Ibrahim, harga nikel masih dalam tren turun. Tren ini tercermin dari stochastic 60% yang berada di atas bollinger bawah, dan MA 30% di atas bollinger bawah. Dua indikator itu mengindikasikan negatif. Sementara, MACD dan RSI pada posisi wait and see. Prediksinya, hingga akhir pekan ini, nikel akan cenderung melandai di kisaran US$ 16.483-US$ 16.600 per metrik ton. Adapun, hingga penghujung tahun ini, harganya akan bergerak antara US$ 15.500-US$ 16.800 per metrik ton.

Editor: Barratut Taqiyyah

Narasumber : kontan,co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) optimistis, harga timah akan pulih pada tahun depan. Bursa berjangka ini memperkirakan, harga timah berpotensi menuju US$ 25.000 per metrik ton. Komisaris BKDI Fenny Widjaja menyebutkan, pergerakan harga tergantung suplai dan permintaan.

Sejauh ini, pasokan timah di pasar global tak banyak berubah. "Makanya, harga timah akan cepat kembali ke US$ 23.000-US$ 24.000 per metrik ton. Bahkan, di akhir tahun 2015, berpeluang ke US$ 25.000," ungkapnya, Selasa (25/11).

Harga tersebut berpeluang tercapai, apabila rata-rata volume transaksi timah di BKDI stabil di kisaran 6.000 ton per bulan. Seperti diketahui, BKDI ditunjuk sebagai bursa yang mengurus transaksi timah batangan sejak Agustus 2013 silam. Fenny berharap, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 44 tahun 2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah bisa meminimalisir kebocoran ekspor, karena memuat standar spesifikasi jenis timah.

Dus, diharapkan bisa membantu menjaga harga. Stella Novita Lukman, Head of Product and Services PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), mengatakan, hingga akhir Oktober 2014, rata-rata volume transaksi timah sekitar 4.609 ton per bulan. Sementara, rata-rata volume ekspor sebesar 4.495 ton sebulan.

Menurut Fenny, harga timah di BKDI sangat berpeluang menjadi acuan harga timah dunia. Sebab Indonesia sebagai eksportir terbesar, dengan kontribusi sekitar 40% dari kebutuhan timah dunia. Sebagai gambaran, Selasa (25/11), timah jenis TINPB300 di BKDI diperdagangkan seharga US$ 20.955 per metrik ton.

Sementara, Senin (24/11), harga timah di London Metal Exchange ditutup pada level US$ 20.400 per metrik ton. TINPB300 memiliki kadar kemurnian 99,9%, sedangkan timah LME dengan kadar kemurnian 99,85%. Meski cukup optimistis harga timah bakal pulih, Fenny tak menampik masih ada tantangan BKDI ke depan. Seperti, terhambatnya ekspor akibat persoalan sistem.

Ia mencontohkan, akhir Oktober lalu, sebanyak 57 kontainer (setara 1.300 ton timah) tertahan di Pelabuhan Pangkal Balam, Bangka. Pihak Bea Cukai belum mau mengeluarkan pemberitahuan ekspor barang. Ini terjadi lantaran Permendag No. 40 mensyaratkan standar packaging. Permendag ini berlaku 1 November 2014, menggantikan Permendag No. 32 tahun 2013.

"Bea Cukai langsung berlakukan aturan packaging, padahal transaksi di Oktober. Akibatnya, timah tersebut tak bisa langsung ekspor," paparnya. Fenny berharap, kesalahan seperti itu tidak terjadi lagi, agar investor global yakin bertransaksi di BKDI.

Editor: Barratut Taqiyyah

Narasumber : kontan.co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

Bisnis.com, KARAWANG—Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian beserta pelaku usaha berharap dalam 5 tahun ke depan industri mobil Indonesia dapat menyaingi Thailand.

Merujuk data Asean Automotive Federation (AAF), produksi mobil Indonesia pada 2012 mencapai 1.065.557 unit kemudian naik sekitar 13% pada 2013 menjadi 1.208.211 unit. Pada 2012 Thailand memproduksi 2.453.717 unit mobil dan naik sedikit setahun kemudian menjadi 2.457.057 unit.

Pada periode Januari-September 2014 produksi Indonesia sudah mencapai 993.720 unit, yang secara year to date naik 11,9% dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 887.652 unit.

Adapun Thailand pada periode yang sama tahun ini mencapai 1.408.540 unit. Jumlah tersebut menurun 27% dari periode yang sama pada 2013 yang mencapai 1.930.229 unit.

AAF menyebut Indonesia pada 2012 Indonesia menjual 1.116.212 unit, dan naik sekitar 10% pada tahun berikutnya mencapai 1.229.901 unit. Pada periode Januari-September penjualan Indonesia sudah mencapai 932.943 unit, naik secara year to date dari tahun sebelumnya yang mencapai 908.330 unit.

Sedangkan Thailand pada 2012 menjual 1.436.335 unit mobil, turun sekitar 7% pada 2013 yang mencapai 1.330.672 unit. Pada periode Januari-September menjual 648.410 unit atau turun 37,3% dari capaian pada periode ang sama tahun lalu yang mencapai 1.034.279 unit.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut, penjualan pada periode Januari-Oktober mencapai 1,038 juta unit dari target yang dipatok hingga akhir tahun sebanyak 1,25 juta unit. Dari informasi yang dirangkum Bisnis, Gaikindo mencanangkan pada 2020 penjualan mencapai 2 juta unit.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan setidaknya Indonesia dapat menjadi nomor satu di kawasan Asia Tenggara baik dari segi produksi, pasar domestik, serta ekspor. Untuk mewujudkan hal itu Saleh menyebut, industri otomotif harus mengembangkan industri pendukung dalam hal ini komponen.

Sehingga industri otomotif domestik kuat dari hulu hingga hilir. Selain itu, Saleh berharap para prinsipal mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia sehingga meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

“Menyaingi Thailand bukan hanya dari segi industri tapi juga ekspor. Salah satunya harus mengembangkan industri komponen. Selain itu sedapat mungkin R and D dilakukan di Indonesia sehingga akan meningkatkan daya saing industri dan nilai tambah serta menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Saleh akhir pekan lalu.

Usaha untuk melampaui Thailand tersebut diamini Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono. Menurutnya, tak salah jika produsen dan pemerintah menargetkan 5 tahun ke depan dapat menyaingi Thailand.

Para produsen dinilai sudah mengetahui potensi penduduk serta luas wilayah Indonesia yang melebihi Thailand sehingga pasar otomotif akan terus berkembang.

“Pasar domestik Thailand tidak bisa lebih dari 1,2 juta. Artinya mereka tidak bisa berkembang lagi dan prinsipal akan berpikir Indonesia domestic market-nya berkembang. Sekaligus ekspornya juga bisa ditingkatkan. Saya kira bisa melampaui Thailand lima tahun ke depan.  Kalau Thailand 50% buat eskpor saya berharap kita 30% sudah bagus,” ujar Soerjono.

Untuk ekspor, Gaikindo menyebut menunjukan tren positif. Pada periode Januari-September ekspor kendaraan utuh (CBU) mencapai 147.692 unit, lebih tinggi dari ekspor pada periode sama tahun sebelumnya 124.573 unit. Hingga bulan kesembilan Gaikindo mencatat produksi mobil mencapai 993.720 unit, sehingga jumlah ekspor menguasai sekitar 14,8% total produksi.

Pertumbuhan positif juga terjadi pada ekspor jenis kendaraan terurai (CKD). Hingga September tahun ini total ekspor CKD sebanyak 81.257 unit,  meningkat dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya 79.006 unit. Ketua Gaikindo Sudirman Maman Rusdi mengatakan, target ekspor tahun ini mencapai 200.000 unit CBU dan 120.000 unit CKD.

“Untuk capaian hingga Oktober sudah sekitar 70%. Kami optimistis hingga akhir tahun target akan tercapai,” ujar Sudirman.

Pada 2013 terdapat 89 negara yang dijadikan pasar ekspor otomotif. Lima besar negara tujuan ekspor adalah Arab Saudi 41.368 unit, Filipina 19.956 unit, Thailand 18.775 unit, Jepang 13.367 unit, dan Malaysia 10.887 unit. Pada tahun tersebut jumlah mobil buatan dalam negeri yang diekspor mencapai 170.907 unit, didominasi mobil dengan tipe 4x2 sebanyak 64%.

Sedangkan untuk meningkatkan produksi komponen, Gaikindo mendorong pabrik komponen agar meningkatkan kemampuan rancang bangun. “Tadinya proses base yakni dari pabrikan memberi spesifikasi ke agen komponen. Sekarang kami dorong agar mereka juga menyumbangkan hasil produk inovasi mereka,” ujar Sudirman.

Di sisi lain Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) I Made Dana Tangkas mengamini, seperti yang diharapkan pemerintah industri komponen sangat besar pengaruhnya bagi industri otomotif Indonesia. Untuk itu TMMIN berkomitmen mengembangkan struktur industri komponen yang lebih kuat di Indonesia.

“Ke depan kami harapkan tumbuhnya pemain lokal baik di tier 1 atau 2.  Supaya benar-benar sumber daya di Indonesia bisa kita gunakan untuk membuat produk dalam negeri,” Kata Made.


Editor : Herry Suhendra


Narasumber : bisnis.com

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memproyeksikan bisnis industri besi dan baja domestik pada 2015 akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Kini pemerintah memiliki kelonggaran dalam alokasi dana untuk proyek infrastruktur. Penghematan anggaran negara dari kenaikan harga bensin bersubsidi akan menambah belanja modal yang mayoritas akan dialokasikan untuk infrastruktur.

Direktur Industri Material Logam Dasar Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Irmawan meramalkan peluang bisnis industri besi dan baja akan membesar sejalan dengan pelaksanaan berbagai proyek infrastruktur mulai 2015.

"Peluang tentu membesar apalagi dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak. Saya antisipasi pertumbuhan industri besi dan baja pada 2015 lebih dari 13%," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (25/11/2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemenperin diketahui sektor logam dasar besi dan baja tumbuh 6,93% sepanjang tahun lalu. Khusus pada semester pertama tahun ini cuma tumbuh 1,42%, padahal pada periode yang sama tahun lalu mencapai 10,59%.

Permintaan besi dan baja di dalam negeri diharapkan terdongkrak melalui berbagai proyek infrastruktur yang didanai negara mulai 2015. Saat ini pemerintah memiliki keleluasaan menambah belanja modal Rp120 triliun dalam APBN 2015, sebagian besar akan disalurkan ke infrastruktur.

Budi memperkirakan kebutuhan logam dasar besi dan baja pada tahun depan mencapai 12 juta ton. Saat ini konsumsi di dalam negeri di kisaran 10 juta ton. " hulu bergerak investasi untuk memperbesar pasokan," ucapnya.

Budi tak merinci investasi baru apa saja yang kini terbenam di sektor hulu besi dan baja. Dirinya hanya menyatakan hasil penanaman kapital ini baru bisa dipetik setidaknya mulai tahun depan atau awal 2016.


Editor : Fatkhul Maskur


Narasumber : bisnis.com

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

 

Anda disini: Home Semua Berita