Tractor-Truck.Com

“Mengapa harus sulit, buang waktu dan biaya serta tenaga untuk mencari Spare Part Alat Berat dan Truk ?”
“Tractor-Truck.Com solusi tepat, cepat, hemat, praktis dan terpercaya mendapatkan Spare Part Alat Berat dan Truk”

 


Kami Tractor-Truck.Com mengucapkan terima kasih atas kunjungannya serta kepercayaan yang telah diberikan oleh Pelanggan yang sudah memanfaatkan fasilitas dan mendapatkan pelayanan dari team marketing kami atas kebutuhan Spare Part, Component & Unit yang berkaitan dengan Alat Berat, Genset & Truk. Bagi para Pengunjung dan Pelanggan Baru juga dapat memanfaatkannya fasilitas ini secara langsung dengan mengirimkan email (klik di sini) marketing@tractor-truck.com atau telpon & sms ke 081288639888 serta facsimile ke 021-85904666.

___________________________ Sudah terbukti serta dapat dipercaya dan diandalkan ___________________________
DAFTAR UNIT YANG DIJUAL



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah sektor industri dipastikan akan terkena dampak rencana pemerintah untuk menaikkan tarif royalti batubara.

Selain produsen batubara kecil yang diperkirakan banyak yang akan gulung tikar, rencana tersebut juga berdampak pada bisnis perusahaan yang menjual alat-alat berat serta perusahaan pembiayaan alat-alat berat yang cenderung melemah.

Memang sektor pertambangan yang selama ini menjadi bisnis primadona terlihat melemah sejak 2013 lalu yang terus berlanjut hingga pertengahan 2014.

Salah satu penyebabnya adalah harga batubara yang belum kunjung membaik dan beberapa kebijakan di sektor pertambangan juga turut membuat sektor ini kehilangan gairah. Salah satunya regulasi hilirisasi mineral yang melarangan ekspor barang mineral yang diimplementasikan pada awal 2014.

Kinerja kurang menarik dari industri pertambangan ini tentu saja berimbas pada penjualan alat berat. Kondisi ini semakin diperparah jika pemerintah menaikkan tarif royalti batubara.

"Meski tidak secara langsung, kondisi tersebut berimbas pada penjualan alat berat yang mengalami tekanan khusus di sektor pertambangan pada tahun ini,” ujar Sara K Loebis, Corporate Secretary United Tractors, Selasa (15/7/2014).

Sara mengakui bahwa dirinya belum memiliki data konkrit mengenai dampak dari rencana penaikan tarif royalti batubara. Pasalnya, semua tergantung dari rencana produksi dari produsen batubara. “Bagi kami yang menjual alat-alat berat, dampak tersebut terasa tidak secara langsung. Yang pasti, kondisi saat ini, kami hanya mengganti alat-alat berat yang sudah usang,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, akhirnya pemerintah tetap menyorongkan rencana kenaikan tarif royalti batubara, setelah sempat menunda rencana ini beberapa waktu lalu. Saat ini, rumusan rencana tersebut tengah dituntaskan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan akan segera disampaikan ke Menteri Koordinator Perekonomian.

Rumusan Kementerian ESDM menyepakati untuk mengerek besaran tarif royalti secara progresif ketika harga batubara acuan (HBA) menembus 80 dolar AS per ton akan dikenakan pungutan windfall (keuntungan).

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9/2012 tentang Penerimaan Negara Non-Pajak di Kementerian ESDM menetapkan beberapa tarif royalti batubara. Tarif royalti batubara untuk izin usaha pertambangan (IUP) berkalori rendah atawa di bawah 5.100 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) sebesar 3 persen dari harga jual. Tarif royalti batubara kualitas sedang kadar 5.100 kkal/kg hingga 6.100 kkal/kg sebesar 5 persen dari harga jual.

Sedangkan tarif royalti batubara kualitas tinggi atau di atas 6.100 kkal/kg mencapai 7 persen dari harga jual. Sementara, tarif royalti plus pengembangan batubara pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dipungut rata 13,5 persen dari harga jual.

Dengan kondisi seperti itu, lanjut Sara, tahun ini United Tractors telah mengalihkan fokus penjualan ke sektor di luar mining, yakni konstruksi, perkebunan dan kehutanan. Pengalihan ini tak lepas dari kondisi tahun 2013 lalu dimana United Tractors hanya menjual 4.200 unit alat-alat berat.

Karena itu, kata Sara tahun ini tidak ada target pertumbuhan penjualan alat-alat berat di sektor mining. Sedangkan untuk sektor di konstruksi, perkebunan, dan kehutanan ditargetkan akan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5 persen.

Dari penjelasan Sara di atas menunjukkan bahwa kinerja sektor pertambangan yang melemah ini sangat dirasakan oleh pada penjualan alat berat. Kondisi ini, tentu akan berimbas pula pada bisnis pembiayaan alat berat. Tahun lalu, data Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia menunjukkan bahwa bisnis pembiayaan alat berat turun hingga 35 persen. Sedangkan tahun ini, banyak yang memprediksi akan ada penurunan yang cukup besar, meski ada harapan pertumbuhan di kisaran 30-35 persen.

Di sisi lain, data asosiasi juga memperlihatkan bahwa sejak 2011 hingga saat ini pembiayaan alat berat untuk sektor pertambangan masih dominan. Bahkan pada 2011 dan 2013 menguasai lebih dari 50 persen pembiayaan alat berat. Namun, seiring meredupnya sektor pertambangan sejak 2013, dominasi tersebut mulai turun meski tidak signifikan. Pasalnya, kue di sektor lain belum mampu menggantikan pendapatan di sektor pertambangan.

Kondisi ini membuat masing-masing perusahaan pembiayaan telah menyiapkan strategi khusus. Ada yang masih tetap konsisten dengan syarat konsumen mempunyai alternatif ke sektor lain. Atau tetap membiayai alat berat di sektor pertambangan tetapi dengan hitungan risiko yang terukur.


Narasumber : tribunnews.com

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
JAKARTA - Kementerian Perindustrian telah menetapkan standar nasional Indonesia (SNI) wajib bagi baja batangan yang biasa digunakan untuk keperluan umum atau biasa disebut baja keperluan umum (BjKU). Beleid ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas baja yang beredar di pasaran.

"Produk baja keperluan umum yang wajib memenuhi SNI ini adalah produk dalam negeri maupun impor yang beredar di dalam negeri. Pemerintah ingin agar aturan ini bisa melindungi konsumen dan meningkatkan kualitas baja keperluan umum yang diproduksi baik di dalam negeri maupun yang diimpor," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat.

Beleid ini tertuang dalam bentuk Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/2014 tertanggal 21 Mei 2014. SNI yang diterapkan pada BjKU ini adalah nomor 7614-2010 berlaku untuk baja dengan nomor pos tarif (HS Code) 7214.99.90.90. Penerapan SNI wajib tersebut akan menguntungkan produsen dan konsumen. "Baja seperti ini digunakan untuk keperluan konstruksi penulangan beton," katanya.

Adapun produk baja yang wajib SNI itu adalah baja bukan paduan (baja karbon) berbentuk batang, berpenampang bulat dengan permukaan polos, yang dihasilkan dari proses canai panas atau canai panas ulang.

"Dengan aturan ini pemerintah ingin menekan beredarnya baja keperluan umum yang berkualitas rendah, baik itu produksi dalam negeri maupun impor," ungkapnya.

Hidayat mengakui penerapan SNI tersebut tidak bisa serta merta dilaksanakan. Harus ada jeda waktu untuk melakukan sosialisasi di lapangan. Oleh karena itu aturan ini baru akan berlaku efektif enam bulan sejak tanggal diundangkan, yaitu pada 3 Juni 2014 lalu. “Itu berarti, SNI wajib untuk baja keperluan umum ini baru akan berlaku efektif pada 3 Desember 2014 nanti," tegasnya.

Untuk mendapatkan SNI, produk BjKU perlu mengantongi Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT-SNI) dan membubuhkan tanda tersebut di setiap produknya.

“Untuk penerbitan SPPT-SNI ini dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang telah ditunjuk Kemenperin dan terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)," lanjutnya.

Adapun lembaga yang ditunjuk itu, adalah: LSPro Metal Industries Development Center (MIDC) Kemenperin, LSPro LUK Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur BPPT, dan LSPro Baristand Industri Surabaya Kementerian Perindustrian.

"Untuk mendapatkan SPPT-SNI itu harus melengkapi beberapa syarat, di antaranya adalah Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI dari Dirjen Basis Industri Manufaktur," jelasnya. (wir/che/k15)


Narasumber : kaltimpost.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

TEMPO.CO, Jakarta - Patokan harga batu bara termal Cina turun ke level terendah sejak tujuh tahun terakhir. Anjloknya harga, antara lain, disebabkan oleh melimpahnya stok di tengah melambatnya perekonomian dalam negeri Cina.

Harga batu bara dengan nilai energi 5.500 kilokalori per kilogram di Pelabuhan Qinhuangdao turun menjadi 500 yuan atau setara US$ 80,60 per metrik ton. "Berdasarkan data dari China Coal Transport and Distribution Association (CCDA) di Beijing, itulah harga terendah sejak Desember 2007," demikian diberitakan Bloomberg.

Penurunan harga batu bara tersebut disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina sehingga mengekang konsumsi batu bara termal di Negeri Tirai Bambu itu. Pasalnya, Cina merupakan pengguna batu bara terbesar di dunia untuk kebutuhan pembangkit listrik dan pelabuhan. Kini stok batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao meningkat menjadi 7,34 juta ton dari persediaan pekan lalu yang sekitar 233 ribu ton.

"Harga batu bara mungkin tidak akan pulih hingga September, mengingat puncak penggunaan listrik di Cina telah mengurangi stok batu bara untuk pembangkit listrik," tulis Bloomberg.

Harga terendah batu bara di Cina itu ternyata masih lebih baik dibandingkan harga di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, harga acuan (HBA) per Mei 2014 ialah US$ 73,6 per ton. Banderol itu merupakan harga acuan, tapi harga patokan batu bara (HPB) Marker dengan merek dagang Prima Coal telah menyentuh harga US$ 79,41 per ton.

RAYMUNDUS RIKANG R.W.


Narasumber : tempo.co

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA, KOMPAS.com - PT United Tractors Tbk (UNTR) akan segera mendapatkan tambahan pendapatan di luar penjualan alat berat dan batubara. Anak usaha Grup Astra itu akan memasok 300 unit bus merek Scania kepada PT Transjakarta.

"Itu kapasitas kami untuk memasok Transjakarta per tahunnya, nanti jumlah yang akan kami jual tentunya sesuai permintaan pemerintah provinsi DKI Jakarta," kata Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR di Jakarta, belum lama ini. Kerjasama UNTR dengan PT Transjakarta ini mulai terjalin pada Mei lalu.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama bilang, PT Transjakarta akan menggunakan bus Scania yang didistribusikan oleh UNTR. Basuki menilai, harga bus Scania yang sekitar Rp 5,8 miliar per unit memang lebih mahal dibandingkan bus asal China yang berharga sekitar Rp 1 miliar-Rp 3 miliar per unit. Namun kualitas bus Scania jauh lebih baik ketimbang bus buatan China guna menunjang pelayanan PT Transjakarta.

Beberapa waktu lalu, pengadaan bus asal China memang sempat menyulut amarah Basuki lantaran bus-bus tersebut sudah berkarat sebelum digunakan untuk melayani pengguna Transjakarta.

Kendati begitu, Sara belum bisa memastikan kapan UNTR akan mulai memasok Scania untuk kebutuhan Transjakarta. Saat ini, UNTR sedang menjalani e-tender pengadaan bus Transjakarta yang dilakukan pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta.

"Jumlah pengadaan dari pemprov DKI Jakarta belum final, kami berharap dalam waktu dekat sudah mulai memasarkan Scania ke Transjakarta," ungkap Sara. Kerjasama dengan pemprov DKI Jakarta itu tentunya bakal memberikan tambahan pendapatan bagi UNTR.

Hariyanto Wijaya, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset yang dirilis 9 Mei 2014 pernah memprediksi, keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tersebut bakal berdampak positif pada kinerja keuangan UNTR di tahun 2015 mendatang.

UNTR, hitung Hariyanto, bakal mendapatkan tambahan laba bersih sekitar Rp 290 miliar di tahun depan dari penjualan sekaligus layanan purna jual bus Scania ke Transjakarta.

Proyeksi ini didasarkan pada dua asumsi. Pertama, UNTR dapat menjual setidaknya 500 unit bus Scania di tahun depan. Kedua, margin bersih penjualan Scania diproyeksikan sekitar 10 persen.

Dengan proyeksi ini, kontribusi bus Scania mencapai 4 persen dari total laba bersih UNTR di tahun depan yang diprediksi Hariyanto senilai Rp 6,35 triliun. Namun, Sara belum mau membeberkan proyeksi internal UNTR dari kerjasama penjualan Scania ke Transjakarta.

"Kita belum bisa prediksi kontribusinya karena jumlah pengadaan yang diminta pemprov DKI Jakarta belum final," kata Sara. Tambahan pendapatan dari Scania akan sangat bermanfaat untuk mengkompensasi penurunan penjualan alat berat UNTR.

Apalagi, di Mei 2014, penjualan alat berat "Komatsu" UNTR masih jauh dari harapan yaitu 324 unit, turun 11,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang 366 unit. Penurunan performa di Mei membuat volume penjualan "Komatsu" sejak awal tahun baru mencapai 1.901 unit.

Jumlah tersebut turun 10,58 persen year-on-year (yoy) dibandingkan lima bulan pertama 2013 yang 2.126 ton. Ambruknya volume penjualan "Komatsu" memang sudah dirasakan UNTR sejak pertengahan 2012 lalu.

Kondisi industri batubara yang melempem menjadi penyebab utama penurunan kinerja UNTR. Ini terlihat jelas dari terus turunnya kontribusi penyerapan sektor pertambangan terhadap total penjualan alat berat UNTR.

Di Januari-Mei 2014, sektor pertambangan tercatat menyerap 36 persen dari total volume penjualan "Komatsu". Bandingkan dengan kontribusi di periode sama tahun lalu yang mencapai 50 persen .

Kamis (10/7/2014) kemarin, harga UNTR ditutup menguat 2,5 persen ke level Rp 24.600 per saham. (Veri Nurhansyah Tragistina)


Editor : Erlangga Djumena
Sumber : KONTAN

Narasumber : kompas.com


Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Penjualan PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) sepanjang semester satu 2014 tak jauh berbeda jauh dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu. Penjualan truk Hino periode ini hanya naik 1,76% jika dibanding periode yang sama 2013.

Terhitung sampai dengan Juni tahun ini, Hino menjual 16.332 unit truk. Penjualan ini naik tipis jika dibandingkan dengan realisasi penjualan periode yang sama tahun lalu sebanyak 16.048 unit.

Santiko Wardoyo, Director Promotion and Sales HMSI bilang, penjualan truk tahun ini memang tengah lesu. "Naik tapi kenaikannya tak besar," kata Santiko, kepada KONTAN, Selasa (8/7).

Walaupun penjualan terbilang stagnan, namun pangsa pasar Hino justru melebihi target perseroan. Untuk truk kategori 2 (series 300), Hino menguasai pangsa pasar 17,2% sepanjang Januari sampai Mei. Padahal tahun ini, Hino mematok target pangsa pasar hanya sekitar 16%.

Begitu pula di kategori truk 3, atau di atas series 300. Sampai dengan Mei tahun ini, pangsa pasar Hino di segmen ini tercatat 64,4%, atau di atas target setahun di angka 60%.

Ada dua penyebab umum yang membuat pasar truk Hino stagnan tahun ini. Pertama, terjadinya penurunan kinerja sektor tambang dan komoditas. Sebagaimana yang diketahui, sektor ini adalah sektor yang paling banyak menggunakan truk.

Kedua, adanya pemilu yang membuat investor mengambil sikap menunggu untuk ekspansi, termasuk menunggu membeli truk baru. Namun Hino tak mau larut dari lesunya pasar komoditas dan tambang tersebut.

Untuk solusinya, Hino melirik segmen pasar truk untuk kargo dan infrastruktur. "Kami menilai, kegiatan di kargo dan infrastruktur masih ramai," kata Santiko.

Selain menyasar pasar baru, Hino juga berusaha mencari konsumen dengan mendatangkan produk baru. Untuk diketahui, bulan Mei lalu, Hino meluncurkan truk Hino FC 190 J yang menyasar segmen pasar light truck dan medium truck.

Sampai Juni ini, penjualan produk baru dari Hino ini mencapai 132 unit. "Produk ini kebanyakan untuk membawa barang ringan seperti makanan," tutup Santiko.


Narasumber : kontan.co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

 

Anda disini: Home Semua Berita