- Kategori: Berita
- Dibuat pada Selasa, 15 Juli 2025 12:16
- Diperbarui pada Kamis, 17 Juli 2025 15:00
- Ditulis oleh Administrator
- Dilihat: 163
Penulis : Indah Handayani
JAKARTA, investor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup jatuh parah pada Selasa (24/6/2025). Itu karena meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Selasa (24/6/2025), kontrak berjangka CPO untuk Juli 2025 ambles 124 Ringgit Malaysia menjadi 3.963 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO Agustus 2025 anjlok 137 Ringgit Malaysia menjadi 3.982 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO September 2025 jatuh 143 Ringgit Malaysia di 3.983 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Oktober 2025 turun 145 Ringgit Malaysia di 3.980 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO November 2025 terpuruk 144 Ringgit Malaysia menjadi 3.984 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Desember terkoreksi 145 Ringgit Malaysia menjadi 3.996 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Bernama, tekanan datang dari pelemahan harga minyak mentah dan minyak kedelai, serta meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Trader CPO David Ng menjelaskan, penurunan harga terutama dipicu oleh sentimen eksternal yang negatif dan berkurangnya kekhawatiran pasar atas konflik di Timur Tengah.
“Harga CPO merosot di bawah level 4.000 Ringgit Malaysia per ton seiring redanya ketegangan geopolitik yang menekan sentimen pasar. Kami melihat level support di 3.900 Ringgit Malaysia dan resistance di sekitar 4.150 Ringgit Malaysia ,” ujarnya kepada Bernama.
Level Terendah
Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics Sathia Varga menambahkan, harga CPO, khususnya untuk pengiriman September yang paling aktif diperdagangkan, jatuh ke level terendah dalam tujuh hari terakhir.
“Penurunan ini dipengaruhi tekanan eksternal, seperti pelemahan harga minyak mentah dunia, penguatan ringgit, dan koreksi harga minyak nabati lainnya,” jelas Sathia.
Harga CPO kerap bergerak seiring dengan pergerakan minyak mentah dan minyak kedelai, karena keduanya merupakan komoditas substitusi dalam industri bioenergi dan pangan.
Sumber : investor.id