Data China menekan harga tembaga

Kategori: Berita
Dibuat pada Selasa, 02 Desember 2014 16:16
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41
Ditulis oleh Administrator
Dilihat: 2109

JAKARTA. Aktivitas manufaktur China yang melambat menyebabkan harga tembaga tergelincir ke level terendah empat tahun terakhir. Maklum, Tiongkok merupakan negara importir logam terbesar saat ini.

Mengutip Bloomberg Senin (1/12), harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 1,91% dari Jumat (28/11) menjadi US$ 6.230,75 per metrik ton. Ini merupakan level terendah sejak 10 Juni 2010.

Persediaan tembaga LME meningkat menjadi 164.300 metrik ton pada 28 November 2014. Dilihat dari data bursa harian, ini merupakan level tertinggi sejak Juni 2014.
Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan indeks manufaktur China yang hanya 50,3 lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar menjadi sentimen negatif bagi tembaga. Tidak hanya itu, indeks manufaktur HSBC juga stagnan di level 50.

China menggelontorkan stimulus CNY 250 miliar dengan basis suku bunga. Tapi menurut Ibrahim, langkah ini tidak sesuai dengan utang China baik pemerintahan maupun swasta yang sebesar CNY 500 miliar. "Ketidaksesuaian ini menyebabkan pelaku pasar apatis sehingga pasar tidak terstimulus," kata Ibrahim.

Secara teknikal, bollinger band dan moving average (MA) masih 40% di atas bollinger bawah. Stochastic 60% negatif serta garis MACD 60% di area negatif. Tapi relative strength index (RSI) 65% di area positif.

Hari ini Ibrahim menduga, harga tembaga bergerak dengan support US$ 6.250 dan  resistance US$ 6.360 per metrik ton. Di akhir tahun, tembaga bisa menguat karena ada potensi dollar AS melemah. Harga tembaga bisa terangkat ke US$ 6.700 per metrik ton.

Editor: Sanny Cicilia

Narasumber : kontan.co.id