- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2164
Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah berakhir di bawah US$60 per barel, mendekati rekor produksi berkepanjangan Amerika Serikat karena kelebihan pasokan di tengah volatilas terendah perdagangan dalam 8 bulan.
Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (27/6/2015), cadangan minyak mentah AS tetap di level 84 juta barel, di atas rata-rata dalam 5 tahun pada periode tahun ini.
Sementara itu, minyak WTI untuk pengiriman Agustus tergelincir 7 sen, ditutup di US$59,63 per barel di New York Mercantile Exchange.
Kondisi harga minyak tersebut juga dipengaruhi oleh kepastian soal program nuklir Iran, apakah untuk tujuan damai atau sebaliknya.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei juga meminta sanksi yang diberikan kepada negaranya harus segera dicabut. Dengan demikian, Iran bisa mengespor minyak dua kali lipat, dari sekitar 1 juta barel per hari dalam waktu 6 bulan.
Tanggal |
Harga (US$/barel) |
26 Juni |
59,63 (-0,12%) |
25 Juni |
59,70 (-0,95%) |
24 Juni |
60,27 (-1,21%) |
23 Juni |
61,01 (+1,04%) |
22 Juni |
60,38 (+0,68%) |
Narasumber : bisnis.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2460
Bisnis.com, SEMARANG - Jalan tol jalur mudik Lebaran 2015 yakni Pejagan-Pemalang dan jalur di tanjakan Ciregol Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, siap difungsikan untuk arus mudik mulai H-10 Lebaran.
Kesiapan itu dipaparkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sela-sela tinjauan ke beberapa titik yang dilewati para pemudik Lebaran.
Ganjar meminta perbaikan di tanjakan Ciregol terus dikebut agar pada H-10 Lebaran kedua lajurnya sudah dapat dilewati dengan aman.
“Sepuluh hari sebelum Lebaran sudah dijanjikan bisa dilewati dua lajurnya. Untuk memastikan, nanti kita cek lagi bersama Kapolda, Pangdam IV Diponegoro dan jajaran Forkopimda lainnya,†kata Ganjar dalam keterangan resminya, Jumat (26/6/2015).
Meski sudah dapat dilalui untuk mudik, lanjutnya, perbaikan Jalan Ciregol belum selesai 100% dan masih belum stabil. Oleh karena itu, pihaknya meminta dua sisi ruas jalan ditempatkan petugas untuk mengawasi volume kendaraan.
“Perlu dipasang CCTV untuk mempermudah pengawasan. Kalau full (lalu lintas) harus segera dialihkan," ujarnya.
Seperti diketahui, tanjakan Ciregol longsor pada Sabtu (11/4/2015) yang menyebabkan putusnya jalur tengah dan selatan ke jalur pantai utara (pantura).
Dengan kondisi tersebut, jalur Ciregol ditutup kendaraan dari arah Brebes yang keluar dari Tol Pejagan menuju ke jalur selatan dialihkan ke jalur pantura.
Sementara itu, kendaraan dari arah Banyumas ke Jakarta dialihkan ke jalur Wangon-Cilacap-Tasikmalaya-Bandung. Kini jalur Ciregol sudah diperbaiki dengan perkuatan tebing di kilometer 115+900 menggunakan konstruksi sheet pile.
Selain itu, dipasang pipa paralon dengan geotekstik untuk menganalisasi aliran air di bawah tanah. Ganjar optimistis penanganan itu membuat jalur Ciregol lebih aman
Narasumber : bisnis.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2260
JAKARTA. Harga batubara berhasil naik tipis. Tetapi, sifatnya hanya terbatas. Memang sentimen kenaikan permintaan dari dalam negeri dapat menopang komoditas ini. Tapi, isu ramah lingkungan serta spekulasi kenaikan suku bunga AS masih menahan laju batubara.
Mengacu data Bloomberg, Kamis (25/6) harga batubara kontrak pengiriman Juli 2015 di bursa ICE Commodity Exchange naik 0,16% ke level US$ 60,90 per metrik ton ketimbang hari sebelumnya. Sepekan, harga terkoreksi 0,32%
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menegaskan, kenaikan harga batubara bersifat terbatas. Sebab, masih ada ancaman kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias The Fed.
Beberapa waktu lalu, Gubernur The fed, Jerome Powell menyatakan kesiapan mereka mengerek suku bunga sebanyak dua kali di tahun 2015, satu kali di bulan September dan satu kali pada Desember 2015 mendatang. Selain itu, mata uang Euro juga belum mampu memukul kinerja dollar AS akibat kasus utang Yunani yang masih belum menemui kesepakatan dengan para kreditur.
"Jika AS menaikkan suku bunganya, harga komoditas seperti batubara akan tergerus," ujarnya.
Isu ramah lingkungan juga masih menyeret harga batubara. Sekadar informasi, International Energy Agency mengatakan bahwa produksi batubara perusahaan Glencore Plc dan BHP Billiton Ltd yang saat ini mencapai 40% dari listrik dunia, akan turun hingga 30% pada tahun 2025. Tujuannya agar target kenaikan suhu dunia sebesar 2 derajat celcius dapat tercapai. Negara-negara Eropa serta AS memang sedang menggalakkan aksi ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan batubara.
Kenaikan harga batubara ditopang oleh sentimen dalam negeri. Pemerintahan Joko Widodo yang menggenjot pembangunan pembangkit listrik di pulau Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan akan berimbas pada kenaikan permintaan batubara. Sebab, setengah dari pembangkit listrik tersebut akan memanfaatkan komoditas batubara sebagai salah satu sumber energi.
Bahkan, menurut pihak Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia, rencana Tanah Air yang ingin menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 46% dalam empat tahun tersebut akan memicu kenaikan konsumsi batubara hingga tiga kali lipat.
Aksi tersebut juga akan melambungkan harga hingga 50%. "Sehingga dengan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia ini, kebutuhan batubara terserap lebih tinggi," ujarnya.
Pembangunan pembangkit listrik Indonesia bak oase di tengah padang pasir. Sebab, berdasarkan proyeksi Morgan Stanley, pasokan batubara dunia akan tumbuh di tahun 2015 seiring permintaan Negara China yang merosot 29%. Bahkan, menurut laporan UBS Group AG pada tanggal 1 Juni 2015, impor batubara China tahun ini 45 juta ton lebih rendah ketimbang tahun 2014.
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2345
Bisnis.com, JAKARTA— Harga CPO di Bursa Malaysia menguat pada Rabu (24/6/2015) terdorong kenaikan harga minyak mentah.
Kontrak berjangka CPO untuk September 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, hari ini dibuka menguat 0,45% ke harga 2.231 ringgit atau Rp7,90 juta per ton.
Komoditas tersebut kemudian konsisten diperdagangkan lebih mahal dari level penutupan kemarin pada kisaran 2.227—2.237 ringgit per ton. CPO menguat 0,59% ke harga 2.234 ringgit per ton pada pukul 10.13 WIB.
Harga CPO mengikuti kenaikan tajam harga minyak mentah. Minyak jenis Brent kemarin ditutup menguat 1,75% ke US$64,45/barel dan hari ini sempat naik hingga 0,42% ke US$64,72/barel.
CPO dipergunakan sebagai salah satu minyak nabati campuran minyak mentah dalam produksi biodisel. Kenaikan harga minyak mentah membuat penggunaan minyak nabati dalam biodisel lebih menguntungkan.
Pergerakan Harga Kontrak CPO September 2015
Waktu |
Ringgit Malaysia/Ton |
Persentase Perubahan |
24/6/2015 (10.13 WIB) |
2.234 |
+0,59% |
23/6/2015 |
2.221 |
+0,05% |
22/6/2015 |
2.220 |
-0,76% |
19/6/2015 |
2.237 |
— |
18/6/2015 |
2.237 |
-2,36% |
Sumber: Bloomberg
Narasumber : bisnis.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 1997
JAKARTA. Tahun ini memang tahun berat bagi dunia bisnis, terutama pebisnis alat berat. Toh, PT Jakarta International Machinery Centre (JIMAC Group) optimistis bisnis bisa bangkit semester II. Distributor tunggal alat berat merek SANY itu berharap proyek pemerintah bisa mengangkat kembali penjualan alat berat.
JIMAC memprediksikan pertumbuhan penjualan alat berat di semester II lebih baik ketimbang semester I. Benny Kurniajaya, Chief Executive Officer PT Jakarta International Machinery Centre mengatakan, katalis positif di paruh kedua nanti adalah banyak anggaran pemerintah yang cair. Alhasil, beberapa proyek pemerintah yang belum terealisasi di semester I-2015, dia perkirakan mulai berjalan di semester II-2015.
JIMAC berharap geliat pasar alat berat di semester II nanti bisa menopang target kinerja tahun ini. Hingga akhir 2015, perusahaan tersebut menargetkan pendapatan sama seperti realisasi pendapatan tahun 2014 yakni sebesar US$ 70 juta. "Ini semua karena ekonomi dalam negeri, bertumbuh seperti tahun lalu saja kami sudah bersyukur," ujar Benny kepada KONTAN, Selasa (23/6).
Dari Januari hingga Juni 2015, mereka meyakini bisa menjual 200 unit alat berat dengan nilai penjualan US$ 30 juta. Itu berarti di semester II, JIMAC paling tidak harus mengejar pendapatan US$ 40 juta agar kinerjanya sama dengan tahun 2014.
Sembari tetap memupuk asa memenuhi target kinerja, JIMAC memastikan akan merealisakan rencana pembangunan pabrik. Bersama dengnan SANY Heavy Industries, JIMAC akan meningkatkan kerjasama dari semula distributor dan produsen, menjadi mitra bisnis dalam membikin pabrik alat berat.
JIMAC berniat mendirikan pabrik alat berat merek SANNY yang sudah digulirkan sejak tahun 2014. Namun dengan alasan proses yang cukup panjang, manajemen JIMAC mengaku terpaksa menunda pelaksanaan pembangunan proyek itu pada tahun ini.
Nilai investasi pabrik itu sekitar US$ 200 juta. Lokasinya di atas lahan 15 hektare (ha) di Batam, Kepulauan Riau. "Kami sudah mulai mempersiapkan lahannya, sekarang sudah tahap meratakan tanah," tutur Benny.
Sayang, JIMAC belum membeberkan waktu memulai pembangunan proyek tersebut. Pabrik itu akan memproduksi ekskavator, tandem road rollers dan road machinery. Kapasitas produksinya mencapai sebanyak 2.000 unit alat berat per tahun.
JIMAC menghitung, keberadaan pabrik tersebut bisa meningkatkan pendapatan hingga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan sekarang. Pasalnya, pabrik di Batam akan dijadikan sebagai pusat produksi dan distribusi untuk pasar alat berat mereka di Asia Pasifik. Dengan kata lain, JIMAC berpeluang menjual alat berat tak hanya di dalam negeri melainkan juga ke pasar mancanegara.
Impian JIMAC pasca pabrik berdiri, penjualan lokal berkontribusi 70% dan penjualan ekspor berkontribusi 30%. "Semua akan terpusat di sana, termasuk logistiknya, jadi kami tidak perlu menyewa tempat lagi," jelas Benny.