Tractor-Truck.Com

“Mengapa harus sulit, buang waktu dan biaya serta tenaga untuk mencari Spare Part Alat Berat dan Truk ?”
“Tractor-Truck.Com solusi tepat, cepat, hemat, praktis dan terpercaya mendapatkan Spare Part Alat Berat dan Truk”

 


Kami Tractor-Truck.Com mengucapkan terima kasih atas kunjungannya serta kepercayaan yang telah diberikan oleh Pelanggan yang sudah memanfaatkan fasilitas dan mendapatkan pelayanan dari team marketing kami atas kebutuhan Spare Part, Component & Unit yang berkaitan dengan Alat Berat, Genset & Truk. Bagi para Pengunjung dan Pelanggan Baru juga dapat memanfaatkannya fasilitas ini secara langsung dengan mengirimkan email (klik di sini) marketing@tractor-truck.com atau telpon & sms ke 081288639888 serta facsimile ke 021-85904666.

___________________________ Sudah terbukti serta dapat dipercaya dan diandalkan ___________________________
DAFTAR UNIT YANG DIJUAL



JAKARTA. Harga minyak mentah dunia melanjutkan penurunan. Harga West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari di bursa Nymex turun 0,48%, pada Selasa (16/12) setelah kemarin terpangkas 3,29%.

Harga minyak jenis WTI di US$ 55,64 per barel pukul 10:14 WIB. Sementara kemarin perdagangan berakhir di US$ 55,91 per barel.

Ini merupakan harga minyak terendah sejak tahun 2009. Harga minyak mentah meluncur turun dipicu berlimpahnya pasokan dan perang harga antara produsen OPEC dan Amerika Serikat (AS).

Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang menyuplai 40% kebutuhan minyak dunia memompa 30,56 juta barel per hari di bulan November.

"Dari sisi permintaan, ekonomi global melanjutkan pelambatan. Sedangkan butuh waktu jika AS ingin mengurangi produksi minyak serpih (shale)," kata Hong Sung Ki, Analis Komoditas di Samsung Futures Inc, di Seoul pada Bloomberg.

Harga minyak mentah jenis Brent di bursa ICE Futures Europe, London juga tergerus 0,56% ke level US$ 60,72 pagi ini. Kemarin, minyak jenis premium ini turun 1,28% ke US$ 61,06 per barel.

 

Editor: Sanny Cicilia


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

DUBAI. Meski harga minyak mentah dunia terus anjlok, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) belum mengambil keputusan untuk menurunkan produksi. Negara-negara eksportir minyak tersebut menunggu minimal tiga bulan sebelum menyelenggarakan pertemuan darurat.

Produksi minyak dari 12 negara anggota OPEC di November 2014 mencapai 30,56 juta barel per hari. Angka ini melebihi dari target OPEC dalam enam bulan berturut-turut. OPEC enggan menurunkan produksinya karena tak yakin pengurangan produksi akan mengerek harga.

"Kami tidak akan mengubah pikiran karena harga jatuh ke level US$ 60 atau US$ 40 per barel," ujar Suhail Al-Mazrouei, Menteri Energi Uni Emirat Arab seperti dikutip dari Bloomberg.

Negara-negara seperti Arab Saudi, Irak dan Kuwait menambah diskon pengiriman ke Asia dan menimbulkan spekulasi bahwa mereka sedang berjuang di tengah banjirnya pasokan shale gas Amerika Serikat (AS).

Editor: Sanny Cicilia


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan berencana akan menggelontorkan anggaran Rp 1,207 triliun untuk pengembangan bandara. Rencananya, anggaran sebesar itu akan digunakan untuk mengembangkan landasan pacu atau runway di delapan bandara.

Staf Khusus Keterbukaan Informasi Publik Menteri Perhubungan, Hadi M Djuraid mengatakan, delapan bandara yang akan dikembangkan itu terdiri dari:  Bandar Udara Rembele di Takengon, Blimbing Sari di Banyuwangi, Komodo di Labuan Bajo, Tojo Una Una di Sulawesi Tengah, Kuabang Kao di Maluku Utara, Ibra di Dumatubun, Saumlaki Baru di Maluku dan Dekai di Yahukimo.

"Delapan bandara itu selama ini hanya bisa didarati pesawat udara sejenis ATR-72, dengan panjang runway rata-rata di bawah 2.000 meter," kata Hadi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta Senin (15/12).

Hadi mengatakan, dengan pengembangan ini nantinya diharapkan runway ke delapan bandara tersebut bisa ditingkatkan menjadi minimal 2.250 meter. Dengan perpanjangan itu, dia berharap ke delapan bandra tersebut bisa didarati pesawat jenis B-737

Editor: Sanny Cicilia

Narasumber : kontan.co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

JAKARTA. Tembaga menuju kenaikan harga mingguan kedua akibat spekulasi kenaikan permintaan dari Amerika Serikat (AS) sebagai pengguna logam terbesar di dunia. Spekulasi tersebut muncul karena parlemen AS hampir mengesahkan anggaran belanja sebesar US$ 1,1 triliun untuk menjalankan pemerintahan sebelum anggaran habis.

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/12), kontrak pengiriman tembaga tiga bulan di London Metal Exchange berada di level US$ 6.490 per metrik ton. Harga naik 0,42% dibandingkan hari sebelumnya. Selama sepekan terakhir, harga tembaga naik 0,6%.

Analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan, kenaikan harga tembaga ditopang oleh membaiknya postur anggaran Amerika Serikat (AS). Defisit anggaran AS November 2014 (year on year) tercatat sebesar US$ 56,8 miliar. Defisit ini turun 58% dibandingkan dengan  November 2013 yang sebesar US$ 135,2 miliar.

Positifnya data ekonomi AS ini mengimbangi pelemahan ekonomi China. Untuk diketahui, produksi industri China November hanya tumbuh 7,2%. Angka ini lebih rendah dibanding ekspektasi sebesar 7,5%. “Selain perbaikan data ekonomi AS, tembaga juga diuntungkan dengan perbaikan tenaga kerja Australia. Di tengah musim dingin seperti saat ini, tenaga kerja Australia justru meningkat,” ungkap Ibrahim.

Secara teknikal, Ibrahim mengatakan, harga tembaga berpotensi naik dalam jangka pendek. Pergerakan bollinger band dan moving average berada 80% di atas bollinger tengah. Ini memberi ruang kenaikan harga lanjutan.

Moving average convergence divergence (MACD) berada di level 65% dengan arah positif. Stochastic masih wait and see. Sementara, indikator relative strength index (RSI) berada di level 65% dengan arah positif.

Ibrahim memprediksi, harga tembaga hari ini akan bergulir di kisaran US$ 6.430,50-US$ 6.500 per metrik ton. Namun, harga tembaga sepekan ke depan berpotensi kembali melemah di kisaran US$ 6.380,20-US$ 6.500 per metrik ton.

Menurut Ibrahim, kenaikan harga tembaga saat ini memberikan kesempatan bagi pelaku pasar untuk melakukan penjualan di harga tertinggi alias profit taking. Sebab, harga tembaga akan kembali jatuh di akhir bulan.

Editor: Barratut Taqiyyah

Narasumber : kontan.co.id

Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

TOKYO. Bursa Asia kembali memerah di awal pekan ini (15/12). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.01 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,8%. Ini merupakan level terendah sejak 21 Oktober lalu.

Sementara itu, indeks Topix Jepang turun 1%. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,6%, dan indeks NZX 50 Selandia Baru turun 0,8%.

Penurunan indeks acuan yang terjadi di kawasan regional dipicu oleh anjloknya harga minyak dunia. Asal tahu saja, harga minyak sudah melorot lebih dari US$ 40 per barel pada tahun ini. Salah satu pemicunya adalah produksi minyak serpih AS yang melonjak di tengah rendahnya permintaan.

Faktor lainnya adalah penguatan yen Jepang setelah Perdana Menteri Shinzo Abe memenangkan pemilihan umum pada pemilu Jepang. Partai koalisi Abe juga memenangkan lebih dari dua per tiga kursi di parlemen.

"Penurunan harga minyak memicy kecemasan mengenai pertumbuhan ekonomi global serta risiko kredit. Pasar tidak dapat mengabaikannya begitu saja. Pemerintah Abe akan kembali memerintah untuk periode yang lama, yang akan sangat positif bagi Abenomics," jelas Shoji Hirakawa, chief equity strategist Okasan Securities Co di Tokyo.

Editor: Barratut Taqiyyah
Sumber: Bloomberg


Narasumber : kontan.co.id
Diperbarui pada Kamis, 16 Jun 2016 10:41

 

Anda disini: Home Semua Berita