- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2797

JAKARTA. India menggantikan posisi China sebagai negara utama pengimpor batubara dari Indonesia dengan penyerapan mencapai 37% dari total ekspor tambang pada tahun lalu. Sementara China berada di peringkat kedua dengan persentase sebesar 20%.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Adhi Wibowo mengatakan, persentase ekspor tahun lalu berasal dari penjualan perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), ditambah PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
Namun, dia menyatakan, kondisi tersebut sudah cukup menggambarkan peta ekspor batubara Indonesia secara keseluruhan. "Itu memang penjualan PKP2B plus PTBA. Untuk ekspor IUP kurang lebih sama seperti itu," katanya di Gedung DPR, Rabu (21/1).
Menurutnya, bertukarnya posisinya India dan China tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Hal itu terkait dengan kebijakan pemerintah China yang terus mengurangi impor batubaranya, terutama yang memiliki kualitas rendah.
Dengan begitu, praktis tujuan ekspor utama berpindah ke India. Kondisi tersebut didukung juga oleh kebutuhan batubara India yang masih sangat tinggi.
"India meskipun produksi dalam negerinya besar, mereka masih bergantung juga sama batubara dari kita," tuturnya.
Selain itu, sinyal positif telah ditunjukkan oleh beberapa negara lain terkait permintaan batubara dari Indonesia. Contohnya adalah Pakistan dan Filipina yang menyatakan siap menambah porsi impor batubara dari Indonesia.
Menurut Adhi, hal itu juga yang membuat beberapa perusahaan batubara optimistis mematok target produksi yang tinggi untuk tahun ini. Padahal, produksi batubara nasional sepanjang tahun lalu anjlok cukup dalam.
Sepanjang 2015, total produksi hanya mencapai 392 juta ton atau anjlok 14,41% dibandingkan dengan realisasi produksi pada 2014 sebanyak 458 juta ton.
Adapun jumlah produksi tersebut baru mencapai 92,24% dari target yang ditetapkan tahun ini sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebanyak 425 juta ton.
Kinerja ekspor yang hanya membukukan penjualan sebanyak 295,45 juta ton menjadi penyebab utama anjloknya produksi tersebut. Jumlah tersebut lebih rendah 22,65% dibandingkan dengan ekspor pada 2014 sebanyak 381,97 juta ton.
Hasil sebaliknya justru ditunjukkan oleh penyerapan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri Domestic market obligation (DMO) yang mencapai 87,43 juta ton atau naik hingga 14,77% dibandingkan dengan DMO pada tahun sebelumnya sebanyak 76,18 juta ton.
Editor Dikky Setiawan
Narasumber : Kontan.co.id
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2882

JAKARTA. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menargetkan mampu mengoperasikan ruas tol hingga 660 kilometer pada tahun ini. Operator jalan tol ini akan mengoperasikan tiga ruas baru yaitu Semarang-Solo ruas Bawen-Salatiga, Solo-Ngawi ruas Kartasuro-Sragen dan Surabaya-Mojokerto ruas Krian-Mojokerto.
"Tiga ruas tol baru itu menyumbang sekitar 70 kilometer," kata Direktur Keuangan PT Jasa Marga Tbk, Reynaldi Hermansjah menjawab pers di sela Program Pelestarian Alam di Sungai Cisadane dalam rangka HUT Jasa Marga ke-38, Tangerang, Rabu (20/1).
Ia mengatakan, perseroan hingga saat ini telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 590 km di Indonesia.
"Pada tahun depan, tambahan ruas tol baru cukup besar yakni sekitar 290 km. Ini semua, bagian dari total konsesi jalan tol yang kami miliki dengan total panjang 1.050 km," katanya. Menurut Reynaldi, pengoperasian 290 km jalan tol tersebut akan terlaksana pada akhir 2017 ataupun awal 2018
Jasa Marga saat ini melakukan pekerjaan konstruksi tol Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Surabaya-Mojokerto, Gempol-Pasuruan, dan Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
Di samping itu, terdapat beberapa ruas tol yang dalam tahap pembebasan lahan yaitu, Cengkareng-Kunciran, Kunciran-Serpong, dan Serpong-Cinere.
Perseroan, lanjut dia, menyiapkan belanja modal sekitar Rp 13,86 triliun pada tahun ini. Sebagian besar dana itu digunakan untuk investasi pembangunan tol-tol baru tersebut.
Secara nasional, tambahnya, Jasa Marga saat ini memiliki sekitar 73% jalan tol dari sisi panjang jalan. Adapun dari sisi trafik, perusahaan pelat merah ini menguasai sekitar 83%.
"Tahun lalu, trafik lalu lintas di tol kami mencapai 1,4 miliar kendaraan, naik sekitar 4,5% dibanding 2014. Ini sesuai dengan perkiraan kami soal trafik yang pertumbuhannya 4%-5% per tahun," katanya.
Sebelumnya, Corporate Secretary PT Jasa Marga Tbk Mohammad Sofyan menyebut, volume lalu lintas sepanjang 2015 mencapai 1,379 miliar kendaraan atau naik 4,54% dari 2014 sebesar 1,319 miliar kendaraan.
Volume lalu lintas terbesar berada di wilayah Jabodetabek yakni menyumbang sekitar 78% dari keseluruhan volume lalu lintas.
Pertumbuhan di wilayah Jabotabek didukung oleh pertumbuhan di jalan tol Jakarta-Cikampek 4,3%, JORR 3,23% dan Jakarta-Tangerang 6,34 persen. Sedangkan pertumbuhan di luar wilayah Jabotabek didukung oleh jalan tol Palimanan-Kanci 15,62%, Semarang-Solo 20,45% dan jalan tol Bali Mandara 15,58%.
"Pertumbuhan Volume Lalu lintas transaksi di wilayah Jabotabek sebesar 3,8 persen dan di luar Jabotabek sebesar 7,2 persen," kata Sofyan.
Editor Sanny Cicilia
Narasumber : Kontan.co.id
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2701

JAKARTA. Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menganggap proyek pembangunan tol Trans-Sumatera tidak layak secara finansial. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun dipaksa untuk membiayai proyek tersebut.
"Mengapa Bapak (Jokowi) justru memaksakan pembungunan jalan tol Trans-Sumatera itu? Karena proyek itu tidak layak secara finansial, Bapak memaksa BUMN untuk membangunnya," ujar Faisal dalam surat terbukanya kepada Presiden Jokowi yang ia tulis di blog pribadinya, seperti dikutip pada Selasa (19/1/2016).
Awalnya kata Faisal, ia gembira lantaran Jokowi membatalkan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda. Namun ia kaget Presiden meninjau proyek jalan tol Trans-Sumatera yang merupakan bagian dari proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Menurut Faisal, kedua proyek tersebut tercantum dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI).
"Sadarkah Bapak bahwa proyek jalan tol Trans-Sumatera sepanjang lebh dari 2.000 km merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proyek Jembatan Selat Sunda?" tulis Faisal.
Di surat tersebut, ia juga meminta Presiden untuk mengoreksi kebijakan proyek tol Trans-Sumatera. Menurut Faisal, proyek tersebut dibangun dengan pola pikir yang sesat.
Tol Trans Sumatera menghubungkan Lampung hingga Aceh sepanjang 2.048 kilometer. Pembangunan diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp 360 triliun. Sebagian dana tersebut menggunakan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diberikan pemerintah kepada BUMN.
Adapun BUMN yang diserahi tugas membangun proyek itu yakni Jasa Marga, Hutama Karya, Wijaya Karya, dan Waskita Karya.
By. Editor Dikky Setiawan
Narasumber : Kontan.co.id
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2464
Palembang -Hari ini, pembangunan proyek tol Trans Sumatera dimulai, untuk ruas Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api Api 434 km dengan kebutuhan dana Rp 40 triliun. Tol ini akan dilengkapi jalur kereta api dan pipa gas.
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan groundbreaking tol di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (30/4/2015)
"Jalan yang akan kita bangun lebar. Di tengah jalan tol, di sampingnya kereta api, di sini untuk transmisi listrik. Bawahnya untuk pipa gas. Kita berpikir tak hanya 5-10 tahun ini bisa dipakai seratus tahun. Visi utama harus lebih seratus tahun," tegas Jokowi.
Acara ini dihadiri juga oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Lalu Menteri BUMN Rini Soemarno dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin.
Jokowi ingin ruas tol ini selesai dalam waktu 3 tahun. Ada 4 BUMN yang bekerja bersama menggarap tol tersebut. BUMN itu adalah Jasa Marga, Waskita Karya, Wijaya Karya, dan Hutama Karya.
"Saya akan awasi terus agar bisa lebih cepat lagi. Dan tahun depan kita mulai yang Palembang ke Tanjung Api Api. Biar dilihat lapangannya dulu, karena Tanjung Api Api Insya Allah akan jadi pelabuhan besar yang di situ akan ada kawasan industri, yang tentu akan olah bahan mentah dari pertanian, perkebunan sehingga barang jadi. Nilai lebihnya siapa yang nikmati? Rakyat Sumsel," papar Jokowi.
Dalam rencana awal, pembangunan Tol Trans Sumatera dari Lampung ke Aceh bakal memiliki panjang 2.600 km mencakup 22 ruas, ada beberapa wilayah yang jadi prioritas pembangunan tol dan sebaliknya.
"Nanti kalau sambung dari Lampung-Palembang, naik lagi ke Jambi, naik lagi ke Pekanbaru, naik lagi ke Aceh selesai. Harga harga barang akan jatuh lebih murah. Karena transportasi lebih cepat," cetus Jokowi.
(dnl/hen)
By. Bagus Prihantoro Nugroho - detikfinance
Narasumber : Detik.com
- Ditulis oleh Administrator
- Kategori: Berita
- Diperbarui pada 16 Jun 2016
- Dilihat: 2743
Liputan6.com, Jakarta - Provinsi Jawa Barat terus dipacu sebagai salah satu pusat industri hulu hingga hilir yang strategis. Pembangunan infrastruktur berupa jalan tol, jaringan rel kereta api, pelabuhan dan bandara di sisi timur provinsi ini dinilai mempercepat pertumbuhan industri dan mampu menarik investasi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin meyakini, dukungan infrastruktur-infrastruktur tersebut akan memperlancar lalu lintas logistik, barang modal dan menjadi pintu ekspor bagi produk industri di Jawa Barat.
"Dari beberapa kali bertemu dengan para investor, mereka punya minat kuat untuk membangun pabrik dan ekspansi ke sana. Jika sebelumnya industri Jabar terkonsentrasi di sebelah barat, seperti Bekasi-Karawang atau dekat-dekat Jakarta, ke depan mereka pasti akan mengarah ke timur karena infrastruktur sangat mendukung seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara Kalijati di Majalengka," ujarnya di Jakarta, Kamis (14/1/2016).
Beberapa penambahan sarana prasarana itu, kata Saleh, bisa menjadi magnet bagi masuknya investasi asing dan dalam negeri untuk mengembangkan industri hulu maupun hilir.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat dari 74 kawasan industri di Indonesia, 24 kawasan di antaranya berada di Jawa Barat.
Hasil survei Kemenperin pada 2013 itu juga menunjukkan kawasan industri di Jawa Barat paling banyak dibanding provinsi lainnya, seperti Kepulauan Riau dengan 11 kawasan industri, Banten dengan 10 kawasan industri, dan Jawa Tengah dengan 8 kawasan industri.
Dari sisi luas area, total kawasan industri Jawa Barat mencapai 14,3 ribu hektare (ha) atau 39,4 persen dari seluruh kawasan industri di Indonesia seluas 36,3 ribu ha.
Baca Juga
Pengembangan industri di Jawa Barat juga diharapkan meningkatkan lapangan kerja. Hingga 2014, terdapat beberapa industri besar sedang di provinsi ini, antara lain industri makanan sebanyak 1.037 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 112 ribu orang, industri tekstil sebanyak 851 perusahaan dengan penyerapan terana kerja sebesar 254 ribu orang.
Selain itu, industri pakaian jadi (garmen) sebanyak 740 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 231 ribu orang, industri kulit dan alas kaki sebanyak 205 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 52 ribu orang, serta industri karet dan plastik sebanyak 390 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 104 ribu orang.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Ekonomi Jawa Barat, Jajat Priatna Purwita mengatakan pihaknya memprediksi pacuan industri di Jawa Barat bakal mendongkrak pertumbuhan ekonomi di provinsi itu hingga menembus 7 persen.
"Jawa Barat bagian timur juga akan menyeimbangkan populasi industri yang selama ini lebih banyak di Jabar sisi barat-utara," tutur dia. (Dny/Nrm)*
By Septian Deny
Narasumber : Liputan6.com